REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menilai penerapan revolusi mental di tingkat keluarga penting sebagai fondasi pembangunan bangsa.
"Kalau revolusi mental diterapkan di keluarga, itu sangat luar biasa karena membangun karakter, anak, istri, suami, warga dan itu menjadi fondasi pembangunan bangsa," ujarnya dalam seminar "Reviu Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Nasional 2023" di Jakarta, Rabu (30/8/2023).
Ia mengatakan dengan keluarga-keluarga di Indonesia yang berkualitas maka masyarakat, bangsa, dan negara itu juga akan sukses dan maju. "Arahan Bapak Presiden RI (Joko Widodo, red.) itu memang keluarga menjadi fondasi untuk kemajuan bangsa," ucapnya.
Ia mengatakan saat ini Indonesia cukup sukses membangun hal-hal yang kasat mata, namun perlu diketahui juga masih banyak permasalahan yang tidak terlihat. Ia mengemukakan berdasarkan data Riskesdas 2013, angka mental emotional disorder di Indonesia mencapai 6,1 persen, kemudian pada 2018 naik menjadi 9,8 persen atau tujuh per 1.000 penduduk.
"Revolusi mental harus menjadi cikal bakal mengendalikan gangguan mental emotional disorder, kalau banyak orang error juga repot. Tidak stunting tapi error akhirnya mengacau," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Hasto juga mengatakan bahwa kekuatan gotong royong yang dibangun melalui Program Bapak Asuh Anak Stunting mampu mengurangi angka stunting. "Alhamdulillah dikeroyok para pengusaha karena arahan Presiden Joko Widodo untuk Pentahelix, TNI-Polri bergerak semua sehingga penanganan stunting menjadi gotong royong," ujarnya.
Ia mengatakan kekuatan gotong royong yang dibangun itu membuat sejumlah daerah mengalami penurunan angka stunting. "Kekuatan gotong royong luar biasa, di daerah tertentu yang mungkin belum tersentuh program, terjadi penurunan stunting karena gotong royong," katanya.