REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pariwisata Indonesia belum menjadi pilihan utama bagi wisatawan mancanegara (wisman). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 5,47 juta kunjungan selama 2022 atau naik 251,28 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada 2021.
Namun, capaian tersebut nyatanya masih sangat jauh jika dibandingkan dengan tingkat kunjungan wisman ke negara-negara Asia Tenggara (Asean) lain. Berdasarkan laporan Seasia Stats terkait kunjungan wisatawan ke Asia Tenggara pada 2022, Indonesia hanya berada pada peringkat keempat.
Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tertinggal dari Singapura yang sebanyak 6,31 juta wisman, Malaysia dengan 10,8 juta wisman, apalagi dengan Thailand yang berada di posisi teratas dengan 11,15 juta wisman.
Pengamat pariwisata dan Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan Indonesia sejak awal memang tidak pernah melampaui tiga negara tersebut.
"Karena, Indonesia kebijakannya salah karena tidak paham orang Kementerian mengenai pariwisata. Menteri (Sandiaga Uno) saya sudah kasih tahu, dia ngomong ke anak buahnya, lalu balik lagi kita ke pariwisata konvensional," ujar Azril di Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Azril menilai model pariwisata konvensional sudah tidak cocok dengan paradigma pariwisata dunia saat ini. Azril menyebut pariwisata konvensional atau mass tourism itu paradigma pariwisata pada era sebelum 1980. Perubahan pun terus terjadi yang mana pada era 1980-2000 bergeser ke arah Alternative Tourism, lalu quality tourism pada 2000-2020, dan kini memasuki paradigma Customized Tourism yang lebih Personalized, Localized, Small Sized).
Azril mengatakan perubahan ini pun mengubah ketertarikan wisman yang memiliki special interest terhadap destinasi.
"Pariwisata Indonesia ini hebat, tapi packaging-nya enggak benar dan tidak paham. Yang salah ya kebijakan pemerintah yang tidak bisa meramu potensi besar pariwisata Indonesia," kata Azril.