Kamis 31 Aug 2023 15:41 WIB

Suku Bunga The Fed Diproyeksikan Baru Turun Semester II 2024

Fed Fund Rate ada kemungkinan meningkat kembali menjadi 5,75 persen.

Rep: Rahayu Subekti / Red: Friska Yolandha
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) masih akan terus meningkat.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) masih akan terus meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) masih akan terus meningkat. Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksikan penurunan suku bunga acuan The Fed baru akan terlihat pada 2024.

"Kemungkinan (FFR) baru akan turun sedikit pada semester II 2024 dan ini juga akan berpengaruh kepada tingkat yield dari SBN di negara AS dan akan berpengaruh kepada SBN di dalam negeri," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis (31/8/2023).

Baca Juga

Bahkan, Perry menyebut FFR masih berpeluang naik pada sisa akhir tahun ini. Dia menuturkan, FFR ada kemungkinan meningkat kembali menjadi 5,75 persen.

"Bahkan (FFR) ada probabilitas naik ke enam persen dan untuk sepanjang 2024 nanti juga belum akan turun secara cepat," kata Perry.

Perry mengakui, saat ini inflasi global masih cukup tinggi mencapai 5,6 persen.  Dia menuturkan, untuk negara maju seperti AS masih terus tinggi inflasinya.

"Sepanjang 2024 bahkan hingga akhir 2024 (inflasi AS) masih sekitar 2,4 persen," ujar Perry.

Terlebih, Perry mengungkapkan, saat ini dolar AS menjadi mata uang sangat kuat di dunia. Penguatan dolar AS sudah menyentuh 104,5 pada kemarin (30/8/2023).

Perry menuturkan, hal tersebut memberikan tekanan kepada seluruh negara berkembang termasuk rupiah. "Itu emang tugas kami menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry.

Dia menambahkan, ekonomi global tahun ini dan tahun depan memang diramal masih akan bergejolak. Perry mengungkapkan, saat ini juga terjadi pergeseran sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, terutama di negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, China, dan India.

"Tentu saja ini memberikan suatu signal kepada kita untuk lebih banyak mengandalkan sumber pertumbuhan dalam negeri, konsumsi, dan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kita," ujar Perry.

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi. Gubernur the Fed Jerome Powell pada Jumat (25/8/2023) berjanji mengambil tindakan dengan hati-hati pada pertemuan mendatang seiring dengan catatan kemajuan yang dicapai dalam mengurangi tekanan harga serta risiko dari kekuatan ekonomi AS yang mengejutkan.

Meskipun pesannya tidak terlalu hawkish seperti yang ia sampaikan di Simposium Kebijakan Ekonomi tahunan Jackson Hole tahun lalu, pernyataan Powell masih memberikan dampak yang besar. Investor sekarang melihat kemungkinan besar akan ada satu kali kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun.

“Kami akan melanjutkan dengan hati-hati ketika memutuskan apakah akan melakukan pengetatan lebih lanjut atau, sebaliknya, mempertahankan tingkat kebijakan tetap konstan dan menunggu data lebih lanjut,” kata Powell. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement