REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir mengingatkan pembangunan sepak bola Indonesia tidak bisa sepotong-sepotong. Sebab itu ia meminta dukungan penuh dari klub agar ke depan tidak ada lagi polemik antara klub dan timnas Indonesia.
Menurut Erick, daripada berpolemik, lebih baik mencari solusi dalam masalah pemanggilan pemain ke timnas Indonesia.
"Dari pada kita berpolemik, kita mencari solusi. Ini yang kita harapkan," kata Erick Thohir kepada awak media, Rabu (30/8/2023).
Timnas Indonesia senior dan kelompok umur dari U-17 hingga U-23 mempunyai agenda yang padat di tahun ini, mulai dari SEA Games, Asian Games, kualifikasi Piala Asia, FIFA Matchday hingga Piala AFF. Namun dari semua agenda itu tidak semuanya masuk kalender FIFA. Hal itu yang kemudian membuat klub enggan melepas pemain ke timnas.
Di sisi lain, PSSI mempunyai tanggung jawab untuk mendulang prestasi timnas Indonesia di level internasional. Sebab itu, Erick menilai perbedaan kepentingan antara timnas dan klub harus diselaraskan. Ia meminta dukungan dari klub-klub di Indonesia agar mempunyai visi yang sama dalam membangun sepak bola Indonesia.
"Membangun tim nasional itu tidak bisa sepotong-sepotong, kita harus ada kelompok umur, terus meningkat dan ini jangka panjang. Terbukti ketika kita mengadakan pertandingan FIFA Matchday ada tentu skuad senior, ada juga buat U-23 AFC, timnya tipis ketika ada dua tim yang main. Kebayang gak kalau tiba-tiba ada lagi pertandingan persahabatan U-20, habis pemainnya," kata Erick.
Menteri BUMN itu mengungkapkan salah satu solusinya adalah dengan menggelar kembali Elite Pro Academy. Sistem timnas yang berjenjang menuntut agar kompetisi usia muda kembali digelar. Elite Pro Academy, kata dia, bisa menjadi sarana regenerasi bagi klub.
"Itulah tugas kami di PSSI, minta support dari klub, minta support dari liga (LIB) untuk menebalkan jumlah pemain timnas kita. Liga sudah akan mendorong bulan September ini Elite Pro Academy, itu positif," kata Erick menjelaskan.