REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan sepanjang hari ini setelah menguat tiga hari beruntun. Pada perdagangan Kamis (31/8/2023), IHSG ditutup melemah 0,19 persen ke level 6.953,26.
Jelang akhir bulan ini, IHSG bergerak sejalan dengan pergerakan bursa regional Asia yang cenderung melemah. Dalam satu bulan terakhir, Nikkei terkoreksi 0,43 persen, Hang Seng juga anjlok 8,45 persen dan Shanghai Composite jatuh 5,20 persen.
"Pasar tampaknya bereaksi atas rilis data ekonomi manufaktur China yang masih mengalami kontraksi meskipun bertumbuh," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.
The official NBS Manufacturing PMI China pada Agustus masih terkontraksi di bawah 50. Meski demikian, angka tersebut sedikit meningkat menjadi 49,7 dari sebelumnya di Juli sebesar 49,3.
Selain itu, pasar juga mencermati perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang hanya tumbuh 2,1 persen pada kuartal kedua. Angka tersebut lebih lambat dari ekspektasi awal untuk pertumbuhan 2,4 persen.
Pasar memandang pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut akan berpengaruh kepada arah kebijakan The Fed. Sehingga pelaku pasar berspekulasi The Fed akan menghentikan laju kenaikan suku bunga acuannya bulan depan.
Sepanjang hari ini, pemberat laju IHSG disebabkan turunnya saham TLKM hingga 2,10 persen. Kemudian ada juga saham UNVR yang terpangkas sebesar 1,87 persen.