Kamis 31 Aug 2023 17:40 WIB

Selama Agustus 2023, 15 Kasus Karhutla Terjadi di Majalengka

Dalam sehari bisa lebih dari satu kejadian kebakaran.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Kebakaran hutan atau lahan (karhutla).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
(ILUSTRASI) Kebakaran hutan atau lahan (karhutla).

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mencatat 15 kejadian kebakaran hutan atau lahan (karhutla). Jumlahnya dilaporkan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Menurut Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Kabupaten Majalengka Rezza Permana, dalam satu hari bisa terjadi lebih dari satu kasus kebakaran. Seperti pada 15 dan 24 Agustus 2023, di mana masing-masing terjadi tiga peristiwa karhutla. Selain itu, pada 21 dan 28 Agustus 2023, terjadi dua kasus kebakaran.

Baca Juga

Rezza mengatakan, kejadian karhutla itu tersebar di sepuluh kecamatan, yakni di wilayah Kecamatan Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Kadipaten, Panyingkiran, Kasokandel, Sumberjaya, Jatiwangi, Dawuan, dan Rajagaluh. “Dari sepuluh kecamatan tersebut, paling banyak terjadi di Kecamatan Majalengka dan Cigasong,” kata Rezza, Kamis (31/8/2023).

Di wilayah Kecamatan Majalengka dan Cigasong terjadi tiga kasus karhutla selama Agustus ini. Sementara di wilayah Kecamatan Sukahaji terdata dua kasus dan di wilayah kecamatan lainnya masing-masing satu kejadian karhutla.

Menurut Rezza, kejadian karhutla di Kabupaten Majalengka selama Agustus ini meningkat signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Dalam tiga bulan terakhir, kata dia, terdata 25 kejadian karhutla.

Rezza mengatakan, potensi karhutla cenderung meningkat dengan kondisi cuaca panas dan kering saat musim kemarau ini, yang terdampak fenomena iklim El Nino. Selain itu, ada faktor angin kencang, yang membuat api dapat cepat merambat.

 “Alhamdulillah, berkat kerja sama dengan berbagai instansi, seluruh kejadian kebakaran itu dapat ditangani dalam waktu yang relatif singkat,” kata Rezza.

Menurut Rezza, salah satu pemicu karhutla ini adalah aktivitas masyarakat yang melakukan pembakaran untuk membersihkan lahan. Kondisi cuaca membuat api cepat membesar dan merembet ke area lainnya.

“Sebenarnya masyarakat sudah mengawasi pembersihan lahan ini. Tapi, karena angin yang kencang dan cuaca yang panas dan kering, membuat api jadi tidak terkendali,” kata Rezza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement