REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Wakil Presiden (Wapres) RI KH Ma'ruf Amin mengatakan pesantren harus menjadi benteng yang kuat terhadap serangan-serangan modernisasi negatif.
"Kalau tidak kita menjaga, pesantren ini yang menjadi benteng bisa saja akan terjadi perubahan. Jadi pesantren harus menjadi benteng yang kuat terhadap serangan-serangan modernisasi yang negatif yang disruptif, yang membuat perubahan pemahaman anak-anak kita," kata Wapres Ma'ruf dalam Haul Masyayikh, Wisuda Purna Siswa, dan Hari Jadi ke-28 Pondok Pesantren Al-Anwar di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Kamis (31/8/2023).
Wapres Ma'ruf menyebutkan modernisasi negatif itu seperti disrupsi dari perubahan zaman yang mengganggu pemahaman masyarakat terhadap agama.
"Globalisasi, kemajuan teknologi itu juga di samping membawa kebaikan, itu membawa keburukan juga, mendisrupsi namanya itu. Banyak disrupsi, banyak kemudian yang meninggalkan agamanya," kata Kiai Ma'ruf
Ia menceritakan fenomena perubahan yang terjadi di Korea. Disrupsi di negara tersebut, kata Wapres Ma'ruf, telah membuat 52 persen masyarakat menjadi tidak beragama.
"Saya lihat di Korea itu dulu 99 persen beragama Budha, sekarang tinggal 20 persen, yang lainnya ada agama lain, yang paling besar adalah sebesar 52 persen tidak beragama, tidak beragama karena pengaruh modernisasi, pengaruh kemajuan," kata dia.
Oleh karena itu, kata Wapres Ma'ruf, peran pesantren dibutuhkan sebagai benteng untuk menangkal perubahan yang negatif. Pentingnya peran pesantren juga sudah dirasakan sejak zaman kolonial. "Pesantren juga merupakan benteng yang kuat dalam menjaga umat. Buktinya apa ratusan tahun (Indonesia) dijajah tapi mayoritas keislamannya tidak berubah itu luar biasa," kata Kiai Ma'ruf.
Dalam kesempatan itu, Wapres Ma'ruf juga meresmikan Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam serta Rumah Susun Al-Anwar.