REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi terhadap dua orang dan satu perusahaan terdaftar di Rusia pada Kamis (31/8/2023). Mereka dituduh mendukung program rudal balistik Korea Utara (Korut).
Tindakan tersebut diambil sehari setelah Gedung Putih mengatakan, pihaknya memiliki informasi intelijen baru yang menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korut Kim Jong-un telah bertukar surat. Moskow meminta Pyongyang untuk memasok lebih banyak amunisi untuk perang di Kiev.
Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada Jon Jin Yong dan Sergei Kozlov yang berbasis di Rusia. Mereka dikatakan bekerja sama untuk mengoordinasikan penggunaan pekerja konstruksi Korut di Rusia.
Mereka dituduh secara langsung mendukung atau membantu menghasilkan pendapatan bagi organisasi-organisasi Korut yang terkait dengan pengembangan senjata pemusnah massal. Tindakan itu merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
AS mengatakan, Jon memimpin tim pekerja TI Korut di Rusia dan bekerja dengan orang-orang Rusia untuk mendapatkan identifikasi bagi para pekerja tersebut. Beberapa dokumen identitas berasal dari anggota keluarga atau karyawan Rusia di Kozlov.
Departemen Keuangan AS juga memberikan sanksi kepada perusahaan Intellekt LLC yang terdaftar di Moskow. Perusahan itu digambarkan dimiliki atau dikendalikan oleh Kozlov dan terkait dengan proyek konstruksi berbasis di Moskow yang dikoordinasikan oleh Jon.
Tindakan sanksi terbaru ini diambil melalui koordinasi dengan pemerintah Korea Selatan dan Jepang. Wakil Menteri Keuangan bidang Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian E. Nelson mengatakan, AS akan terus berkoordinasi erat dengan kedua negara untuk memerangi aktivitas yang melanggar hukum dan merusak yang dilakukan Korut.
Pemerintahan Joe Biden mengatakan, Rusia semakin beralih ke Korut dan Iran untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkan dalam berperang melawan Ukraina. Pada Maret, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, Rusia menawarkan pasokan makanan kepada Korut sebagai imbalan atas amunisi.
Korut telah dua kali gagal dalam beberapa bulan terakhir untuk meluncurkan satelit mata-mata ke orbit. Administrasi Pengembangan Dirgantara Nasional Korut mengatakan, pihaknya akan melakukan upaya ketiga pada Oktober.