REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Latvia menjadi tim yang mengejutkan di FIBA World Cup 2023. Datang dengan status debutan, tim asuhan Luca Banchi menyingkirkan Prancis untuk lolos mewakili Grup H ke Grup L atau babak kedua grup yang diikuti empat tim memperebutkan dua tiket ke perempat final.
Dengan modal dua kemenangan dan satu kekalahan, tugas berat menanti Latvia. Davis Bertans dkk harus menaklukkan Spanyol dan Brasil untuk lolos ke perempat final. Itu pun dengan catatan Spanyol juga tumbang lawan Kanada. Ini satu-satunya skenario terbaik bagi Latvia menuju ke delapan besar, daripada berhitung selisih poin dengan dua tim unggulan, yakni Spanyol dan Kanada.
Tugas berat Latvia dimulai Jumat (1/9/2023) melawan juara bertahan Spanyol. Dengan status underdog, pelatih Latvia Luca Banchi mengaku sudah siap untuk memberikan perlawanan terbaik ke tim Matador.
"Dari seluruh kompetisi yang kami ikuti, kami selalu berada di ranking bawah. Kami menerima status itu sejak awal. Kami respek kepada seluruh lawan, tapi kami tidak takut bermain dan melawan siapa pun," kata Luca Banchi kepada awak media, Kamis (31/8/2023) malam.
Dengan skuad yang sedikit pincang karena kehilangan Dairis Bertans, pelatih asal Italia ini menyampaikan target utamanya memberikan emosi kepada para fan. "Itu yang paling penting. Kami memainkan bola basket yang kami suka dan respons yang diberikan fan kami adalah balasan terbaik yang bisa kami dapatkan,' ujar Luca Banchi.
Pemain Latvia Davis Bertans memuji Spanyol sebagai tim hebat dengan banyak pemain yang bermain bersama-sama selama bertahun-tahun di klub dan tim nasional. Spanyol, kata dia, punya pengalaman dan saling mengenai sangat baik.
"Buat kami (melawan Spanyol) ini persoalan mencetak skor dengan banyak energi. Bermain cepat, cara kami menempatkan diri dalam penguasaan bola," kata pemain klub NB Oklahoma City Thunder ini.
Davis mengakui Latvia kehilangan kakaknya di lapangan. "Dia penembak hebat, membawa banyak energi ke dalam tim. Namun, seperti yang kami bicarakan sebelum pertandingan, saya pikir kami kalah dari Kanada bukan karena dia tidak bermain. Kami memulai pertandingan dengan hebat. Kami sudah membicarakannya bahwa setiap orang harus meningkat dan berusaha lebih untuk mengisi tempat yang ditinggalkan kakak saya," ujar dia.
Dari kubu Spanyol, Joel Parra belum bisa dipastikan bermain melawan Latvia. Small forward ini tampil sebagai starter saat menghadapi Pantai Gading dan Iran, tapi mengalami gangguan otot di kaki kirinya. Kepastian Joel Parra bermain baru akan ditentukan menjelang laga.
Pelatih Spanyol Sergio Scariolo awalnya tak memperhitungkan Latvia sebagai rival sampai tim itu mengalahkan Prancis. Ia pun memberikan hormat tinggi pada tim yang dilatih kompatriotnya sesama Italia. Latvia, kata dia, tim dengan ritme permainan tinggi, terlatih dengan baik, dan memiliki kualitas dalam bertahan.
"Mereka punya kemampuan menembak, taktik, dan mampu membuat kami kesulitan. Mereka juga memiliki pemain keenam di lapangan, yakni para pendukung setia," kata Scario