REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Kematian akibat overdosis mencapai rekor tertinggi di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah laporan terbaru dari CDC (Central for Disease Control and Prevention) menunjukkan bahwa pil dan obat-obatan palsu punya andil besar dalam peningkatan jumlah kematian tersebut.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Drug Enforcement Administration (DEA) mengeluarkan peringatan keamanan publik tentang peningkatan tajam pil palsu yang dicampur dengan fentanil dan metamfetamin sekitar dua tahun yang lalu. Menurut agensi tersebut, lebih dari 9,5 juta pil palsu disita pada tahun 2021, lebih banyak dari gabungan dua tahun sebelumnya.
Sebuah laporan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mencatat kematian akibat overdosis dengan bukti penggunaan pil palsu menjadi dua kali lipat terjadi terutama antara paruh kedua tahun 2019 dan akhir tahun 2021. Dalam beberapa bulan terakhir tahun 2021, sekitar 5 persen orang yang meninggal akibat overdosis obat menunjukkan bukti penggunaan pil palsu, menurut laporan baru tersebut.
Fentanil yang diproduksi secara ilegal terlibat dalam hampir semua kematian akibat overdosis akibat pil palsu. Sementara metamfetamin terdeteksi pada sekitar seperempat kematian yang melibatkan pil palsu, sementara kokain dan benzodiazepin terdeteksi di lebih dari satu dari delapan kasus.
Banyak dari obat-obatan ini diproduksi oleh geng dan jaringan narkoba kriminal dan dibuat agar terlihat seperti obat opioid yang diresepkan seperti oksikodon atau hidrokodon, atau stimulan yang digunakan untuk mengobati ADHD (attention deficit and hyperactivity disorder).
Sekitar tiga perempat dari pil palsu dimaksudkan untuk terlihat seperti oxycodone, menurut laporan CDC yang baru. DEA mengatakan bahwa sebagian besar pil palsu yang dibawa masuk ke Amerika Serikat diproduksi di Meksiko.
Kematian akibat overdosis yang melibatkan pil palsu secara konsisten paling sering terjadi di negara bagian Barat dan meningkat lebih cepat dari rata-rata dalam beberapa tahun terakhir, yakni tiga kali lipat dari sekitar 5 persen pada pertengahan 2019 menjadi hampir 15 persen pada akhir 2021.