REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan teknologi digital memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas, tak terkecuali kegiatan rumah tangga. Kini, sudah banyak alat rumah tangga seperti CCTV, smart TV, bola lampu, kulkas, mesin cuci, peralatan masak, hingga pendingin udara yang bisa disambungkan ke internet dan dikendalikan dari ponsel.
Meskipun sering digadang-gadang aman, namun faktanya semua perangkat rumah tangga yang terhubung ke internet bisa menjadi pintu masuk serangan siber. Hal itu diungkap oleh pakar keamanan siber, Bruce Hanadi.
“Banyak yang belum aware soal risiko serangan siber pada perangkat rumah tangga yang terhubung ke internet. Padahal itu bisa menjadi celah bagi kejahatan siber dan membahayakan aset IT yang Anda miliki,” kata Bruce dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Sebagai bentuk pencegahan, Bruce menyarankan agar masyarakat tidak "latah" saat membeli perangkat smart home apapun. Selalu pertimbangkan dengan matang sebelum mengaktifkan suatu device yang memiliki fungsi internet.
“Kalau hanya ikut-ikutan, Anda mungkin tidak akan peduli atau sering kali lupa melakukan pembaruan software perangkat. Ini bahaya, karena hal itu semakin membuka lebar celah-celah keamanan bagi aset dan informasi pribadi Anda,” kata Chief Information Security Officer di Security and Connectivity (Snc.id) tersebut.
Selain itu, pencegahan lain yang disarankan Bruce adalah menonaktifkan perangkat yang sekiranya tidak diperlukan, terlebih jika pemilik rumah hendak bepergian ke luar kota. Menurut dia, cara ini bisa menutup pintu kejahatan siber yang tidak diinginkan.
“Mengapa begitu? Karena saat perangkat dinyalakan, itu akan membukakan pintu bagi serangan siber yang lebih jauh. Jadi otomatis, saat perangkat dimatikan, Anda melakukan upaya proteksi dari serangan siber,” kata dia.
Bruce menegaskan, di era digital, data adalah salah satu aset yang paling berharga. Karena itulah, penting bagi masyarakat untuk melakukan upaya-upaya proteksi dari berbagai potensi ancaman serangan siber.