Jumat 01 Sep 2023 17:29 WIB

Inflasi Terkendali, IHSG Ditutup Menguat di Akhir Pekan

Nilai transaksi yang terjadi pada perdagangan hari ini sebesar Rp 8,89 triliun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,35 persen ke level 6.977,65. Dalam sepekan terkhir, IHSG cenderung bergerak positif meski sempat mengalami koreksi pada penutupan perdagangan kemarin.

Sektor basic materials memimpin kenaikan sebesar 1,86 persen dan disusul sektor energy yang naik sebesar 1,54 persen. Sementara nilai transaksi yang terjadi pada perdagangan hari ini sebesar Rp 8,89 triliun.

Sepanjang hari ini Indeks LQ45 bergerak menguat. Saham–saham yang mendominasi penguatan diantaranya MEDC, BRPT, AKRA, EMTK, dan SCMA. Sedangkan saham–saham yang medominasi penurunan diantaranya TBIG, EXCL, KLBF, ANTM, dan BRIS.

"Indeks IHSG bergerak sejalan dengan pergerakan bursa regional Asia menguat," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Jumat (1/9/2023).

Penopang penguatan tersebut seiring dengan pasar yang menyambut baik hasil survei swasta yang menunjukkan aktivitas manufaktur China secara tak terduga meningkat pada Agustus. PMI Manufaktur Umum Caixin China naik menjadi 51,0 dari 49,2 di Juli, melampaui estimasi pasar 49,3.

Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, deflasi pada Agustus sebesar 0,02 persen secara bulanan. Penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Sementara inflasi tahun ke tahun pada Agustus sebesar 3,27 persen atau naik dari 3,08 persen pada Juli 2023. Inflasi tahunan tersebut masih berada di target Bank Indonesia sebesar dua persen hingga empat persen.

"Inflasi yant terkendali ini akan menopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," kata Nico.

Katalis positif lainnya datang dari indeks manufaktur Indonesia yang tetap di jalur fase ekspansi. PMI Manufaktur S&P Global Indonesia meningkat menjadi 53,9 pada Agustus dari 53,3 pada bulan sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement