REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres alternatif berskala nasional berasal dari kalangan masyarakat sipil dan paham isu-isu keanakmudaan dibutuhkan untuk mengimbangi kecenderungan elitisme politik nasional. Sejumlah komunitas anak muda di Kabupaten Sumedang pun mengusulkan tokoh penggerak anak muda sekaligus pendiri Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho menjadi capres alternatif pada Pemilu 2024.
Pertemuan itu dihadiri sejumlah perwakilan komunitas kreatif dan organisasi kepemudaan yang berada di sekitar wilayah Sumedang dan Jawa Barat. Eks staf khusus Kantor Kepresidenan Dimas Oky dinilai konsisten sejak lama dalam mendukung dan membersamai berbagai aktivitas pemberdayaan anak muda di berbagai daerah di Indonesia.
"Kami merasa selama ini isu bonus demografi hanya dijadikan isu pelengkap oleh elite politik, sebagai display. Dukungan kami terhadap sosok seperti Bang Dimas hanya merupakan wacana kritis dan alternatif untuk menantang gejala elitisme dan permainan politik tersebut," kata Koordinator Anak Muda Satu Nusa Satu Suara, Raihan Muhammad Akmal dalam diskusi bertajuk 'Politik Anak Muda, Menuju Indonesia Emas" di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (31/8/2023).
"Dan secara objektif menurut kami Bang Dimas pantas karena melalui berbagai program Kader Bangsa-nya selalu konsisten membersamai dan menyerap aspirasi, juga paham kepentingan dan kebutuhan anak muda Indonesia saat ini," ucap Raihan menambahkan.
Sementara itu Ketua Umum Generasi Muda Angkatan Muda Siliwangi Sumedang, Rikky Bagus Pratama Putra menilai, seorang pemimpin harus memiliki kriteria yang 'BAIK'. Arti BAIK, pertama memiliki berdaya saing atau kapasitas. Kedua, harus akseleratif, yakni mampu melakukan percepatan dalam mengambil inisiatif pemberdayaan dan kepemimpinan.
Ketiga, harus memiliki inovasi, termasuk mampu mendorong agar para pemuda tergerak dan terinspirasi untuk melakukan inovasi. "Terakhir, keempat adalah kontribusi dalam membangun bangsa dan negara," tutur Rikky.
Dimas Oky yang hadir sebagai pembicara merespon wacana yang muncul dari kalangan komunitas muda Sumedang, sebatas bagian dari sebuah satire politik. "Inikan sebuah sikap kritis anak muda terhadap situasi politik saat ini yang dinilai elitis dan artifisial menjauh dari isu-isu mendasar kepentingan anak muda itu sendiri," katanya.
Dimas mengaku, dalam setiap kesempatan bertemu komunitas anak muda di berbagai daerah di Indonesia ia menawarkan gagasan agar anak muda mampu menyusun sendiri serta mengagregasi kepentingan mereka secara riil. Antara lain misal soal isu pelayanan publik, pendidikan dan keterampilan, lapangan kerja, aktivitas sosial budaya, hingga aspek kesehatan dan kesejahteraan anak-anak muda.