Sabtu 02 Sep 2023 07:24 WIB

Upacara Penghargaan Hadiah Nobel Terancam Diboikot

Yayasan Nobel berencana mengundang perwakilan Rusia dan Iran.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Patung Alfred Nobel dipajang di Institut Karolinska di Stockholm. Beberapa anggota parlemen Swedia mengatakan akan memboikot upacara penghargaan Hadiah Nobel tahun 2023.
Foto: Henrik Montgomery/TT News Agency via AP
Patung Alfred Nobel dipajang di Institut Karolinska di Stockholm. Beberapa anggota parlemen Swedia mengatakan akan memboikot upacara penghargaan Hadiah Nobel tahun 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Beberapa anggota parlemen Swedia mengatakan akan memboikot upacara penghargaan Hadiah Nobel tahun ini. Hal ini disampaikan setelah yayasan swasta yang mengelola penghargaan bergengsi tersebut mengubah posisinya dan mengundang perwakilan Rusia, Belarusia, dan Iran untuk hadir.

Yayasan Nobel mengatakan undangan diperluas ke semua negara yang memiliki misi diplomatik di Swedia dan Norwegia. Menurut yayasan langkah tersebut akan “mempromosikan peluang untuk menyampaikan pesan penting Hadiah Nobel kepada semua orang.”

Baca Juga

Tidak diketahui apakah undangan acara 10 Desember itu sudah disebarkan. Di media sosial X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Menteri Ketenagakerjaan Swedia Johan Pehrson mengatakan keputusan yayasan “sangat tidak bijaksana.”

Tahun lalu, utusan diplomatik Rusia dan Belarus dilarang menghadiri upacara pemberian hadiah dan jamuan makan karena perang di Ukraina. Saat itu Duta Besar Iran juga tidak disertakan.

“(Karena) situasi yang serius dan meningkat,” kata yayasan merujuk protes anti-pemerintah dan tindakan keras keamanan  yang mengguncang negara tersebut.

Kepada kantor berita TT, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan jika dapat memilih ia tidak akan mengizinkan Rusia hadir tahun ini. “Mengisolasi Rusia dengan segala cara baik secara militer, ekonomi adalah hal yang perlu dilakukan,” katanya kepada kantor berita tersebut," katanya Jumat (1/9/2023).

Kristersson tidak mengatakan apakah ia akan memboikot upacara penghargaan Nobel. Namun politisi Swedia lainnya lebih berterus terang.

Pemimpin partai moderat yang merupakan oposisi kecil, Muharrem Demirok mengatakan ia menantikan perayaan para pemenang penghargaan tahun 2023 pada bulan Desember. “Tetapi selama Rusia mengobarkan perang melawan Ukraina, saya tidak dapat menghadiri pesta yang sama dengan duta besar mereka,” katanya.

Politisi dari Partai Hijau Märta Stenevi setuju dan mengatakan, “Tidak ada yang perlu dirayakan bersama dengan duta besar Rusia.”

Dalam sebuah pernyataan Jumat kemarin Direktur Eksekutif Yayasan Nobel Vidar Helgesen mengatakan ad tren global di mana “dialog antara mereka yang berbeda pandangan semakin berkurang.”

Untuk mengatasi hal tersebut, katanya, “Kami sekarang memperluas undangan kami untuk merayakan dan memahami Hadiah Nobel dan pentingnya ilmu pengetahuan bebas, budaya bebas dan masyarakat bebas dan damai.”

Berita utusan Rusia dan Belarusia ada dalam daftar undangan sampai ke tokoh oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya. Ia meminta Yayasan Nobel Swedia dan Komite Nobel Norwegia untuk tidak mengundang perwakilan “rezim tidak sah” Presiden Belarusia Alexander Lukashenko ke acara apa pun.

“Akan memalukan jika duta besar rezim hadir pada upacara Nobel, dan peraih Nobel Ales Bialiatski akan disiksa di penjara, diisolasi sepenuhnya, seperti ribuan warga Belarusia lainnya,” kata Tsikhanouskaya, merujuk pada aktivis hak asasi manusia yang dipenjara yang merupakan salah satu pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2022

“Menolak mengundang rezim akan menjadi langkah yang kuat, meski hanya simbolis,” katanya.

Bialiatski berbagi hadiah tersebut dengan organisasi Memorial dari Rusia dan organisasi Center for Civil Liberties dari Ukraina. Kemenangan dua organisasi itu dinilai sebagai teguran keras pada pemerintahan otoriter Presiden Rusia Vladimir Putin.

Yayasan tersebut juga mengumumkan mereka memperluas undangannya ke semua partai politik di Swedia dan Norwegia “yang memiliki perwakilan di parlemen melalui pemilihan umum yang demokratis.”

Di masa lalu, yayasan tersebut mengecam Partai Demokrat Swedia yang nasionalis, sebuah partai yang kebijakannya dipandang sebagian orang sebagai ancaman terhadap nilai-nilai fundamental negara Skandinavia, termasuk toleransi terhadap pencari suaka dari zona konflik di Timur Tengah dan Afrika. Partai tersebut menempati posisi kedua dalam pemilihan parlemen 2022.

Pemimpin Partai Demokrat Swedia Jimmie Akesson dengan cepat menolak undangan tersebut. Di media sosial Facebook ia dan mengatakan “sayangnya, saya sibuk hari itu.”

Pemenang hadiah Nobel tahun ini akan diumumkan pada awal Oktober. Para pemenang kemudian diundang untuk menerima penghargaan mereka pada upacara hadiah mewah di hari kematian pendiri penghargaan Nobel yakni Alfred Nobel pada tahun 1896.

Semua presentasi berlangsung di Stockholm kecuali Hadiah Nobel Perdamaian, yang diberikan di ibu kota Norwegia, Oslo. Institut Nobel, yang membagikan hadiah perdamaian, mengatakan akan mengikuti keputusan Yayasan Nobel.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement