Sabtu 02 Sep 2023 10:37 WIB

Ayah Kekasih Mendiang Putri Diana Meninggal Dunia di Usia 94 Tahun

Semasa hidupnya Mohamed Al Fayed mempertanyakan kematian sang putra dan Putri Diana.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Mohamed Al Fayed, mantan pemilik Harrods sekaligus ayah mendiang kekasih Putri Diana, Dody Al Fayed, meninggal dunia pada usia 94 tahun.
Foto: Andrew Parsons/PA via AP
Mohamed Al Fayed, mantan pemilik Harrods sekaligus ayah mendiang kekasih Putri Diana, Dody Al Fayed, meninggal dunia pada usia 94 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan bos Harrods yang putranya, Dodi, terbunuh dalam kecelakaan mobil bersama Diana, Putri Wales, Mohamed Al Fayed meninggal dunia pada usia 94 tahun. Lahir di Mesir, ia membangun kerajaan bisnis di Timur Tengah sebelum pindah ke Inggris pada tahun 1970-an.

Namun, dia tidak pernah mewujudkan ambisinya untuk mendapatkan paspor Inggris. Ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya dengan mempertanyakan kematian Dodi dan Diana.

Baca Juga

Selama satu dekade terakhir Al Fayed jarang menjadi pusat perhatian publik. Ia tinggal di rumah mewahnya di Surrey bersama istrinya, Heini.

"Nyonya Mohamed Al Fayed, anak-anak dan cucu-cucunya ingin mengonfirmasi suami tercintanya, ayah mereka dan kakek mereka, Mohamed, telah meninggal dunia dengan tenang di usia tua pada hari Rabu 30 Agustus 2023," kata keluarga Al Fayed dalam pernyataan mereka, seperti dikutip dari BBC, Jumat (2/9/2023).

"Beliau menikmati masa pensiun yang panjang dan memuaskan dengan dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya," tambah pernyataan tersebut.

Fulham Football Club, yang dimiliki Al Fayed selama bertahun-tahun, mengatakan mereka "sangat sedih mengetahui" kematiannya."Kami berutang budi kepada Mohamed atas apa yang telah ia lakukan untuk klub kami, dan pikiran kami sekarang bersama keluarga dan teman-temannya pada saat yang suram ini," kata klub dalam sebuah pernyataan.

Penggantinya di klub, Shahid Khan, menyampaikan belasungkawa dalam sebuah penghormatan di situs klub. "Kisah Fulham tidak dapat diceritakan tanpa adanya bab tentang dampak positif dari Pak Al Fayed sebagai ketua," katanya.

"Warisannya akan dikenang karena promosi kami ke Liga Premier, Final Liga Europa, dan momen-momen ajaib dari para pemain dan tim," tambah Khan.

Khan mengatakan Al Fayed merupakan sosok "bijaksana, penuh warna dan berkomitmen pada Fulham" dan warisannya akan "selalu menjadi inti dari tradisi" klub.

Wartawan Piers Morgan menggambarkan Al Fayed sebagai "kekuatan luar biasa dari seorang pria yang tidak pernah bisa melupakan kematian putra kesayangannya, Dodi, dalam kecelakaan yang juga menewaskan Diana." Ia menambahkan Al Fayed seorang yang "memiliki banyak kekurangan dan karakter yang rumit" tetapi ia menyukainya.

Al Fayed bangkit dari menjual minuman bersoda di jalanan kota asalnya, Alexandria, Mesir. Dengan kontak nama yang tepat ia membangun kerajaan bisnisnya.

Terobosannya terjadi setelah ia bertemu dengan istri pertamanya, Samira Khashoggi, saudari jutawan Arab Saudi, Adnan Khashoggi yang mempekerjakannya dalam bisnis impor Arab Saudi. Peran tersebut membantunya menjalin koneksi baru di Mesir.

Meskipun pernikahannya hanya berlangsung kurang dari dua tahun, Al Fayed kemudian meluncurkan bisnis perkapalannya sendiri. Pada 1966, ia menjadi penasihat salah satu orang terkaya di dunia, Sultan Brunei.

Ia pindah ke Inggris pada 1974 dan lima tahun kemudian membeli Hotel Ritz bersama saudaranya, Ali, seharga 20 juta poundsterling. Mereka kemudian mengambil alih Harrods pada 1985 senilai 615 juta pounsterling usai perang harga dengan konglomerat pertambangan grup Lonrho.

Di bawah kepemilikannya, Fulham FC naik dari divisi tiga ke Premier League. Ia donatur sejumlah lembaga seperti Rumah Sakit Great Ormond Street dan, sebagai ayah dari lima anak, menunjukkan minat khusus untuk membantu anak-anak yang kurang mampu atau kurang sehat.

Ia mendirikan Al Fayed Charitable Foundation pada 1987 untuk memperbaiki kehidupan anak-anak yang kurang mampu, mengalami trauma, dan sakit parah.

Putranya Dodi yang merupakan seorang produser film, dan pasangannya saat itu, Diana, Putri Wales, mengalami kecelakaan mobil yang menewaskan keduanya pada tahun 1997. Al Fayed tidak pernah pulih dari peristiwa tersebut dan ia menjadi terobsesi dengan spekulasi seputar kematian pasangan itu.

Pada Februari 2008 ia memberikan bukti-bukti pada penyelidikan kasus tersebut. Termasuk klaim kecelakaan itu adalah perintah Pangeran Philip dan dengan bantuan MI6.

Semua itu dianggap sebagai "teori konspirasi" oleh koroner dan ditolak oleh juri.

Al Fayed dua kali gagal dalam upayanya untuk mendapatkan kewarganegaraan Inggris. Pada kesempatan kedua tahun 1995, karena marah atas penolakan tersebut, ia mengatakan kepada pers ia membayar dua menteri dari Partai Konservatif, Neil Hamilton dan Tim Smith, untuk mengajukan pertanyaan di Majelis Rendah mengenai kepentingannya.

Mereka berdua keluar dari pemerintahan, dan Hamilton, yang membantah tuduhan tersebut, juga kalah dalam kasus pencemaran nama baik terhadap Al Fayed.

Politisi ketiga, Jonathan Aitken, yang saat itu menjabat sebagai menteri juga mengundurkan diri setelah Al Fayed mengungkapkan ia menginap gratis di Hotel Ritz di Paris pada saat yang sama dengan sekelompok pedagang senjata Arab Saudi.

Pada tahun 2010, Al Fayed menjual Harrods kepada dana kekayaan negara Qatar. Hampir setengah dari harga pembelian digunakan untuk melunasi utang perusahaan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement