REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korea Utara (Korut) meluncurkan beberapa rudal jelajah ke laut pada Sabtu (2/9/2023). Korut semakin intensif menguji senjatanya sebagai tanggapan atas latihan militer Amerika Serikat-Korea Selatan musim panas tahun ini.
Dalam pernyataannya Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan militernya mendeteksi peluncuran tersebut pada Sabtu pagi di lepas pantai barat Korea Utara. Pernyataan itu mengatakan otoritas intelijen Korsel dan AS sedang menganalisis detail peluncuran tersebut.
Kepala Staf mengatakan Korsel meningkatkan postur pengawasannya dan mempertahankan kesiapan militer melalui koordinasi yang erat dengan AS. Peluncuran tersebut dilakukan dua hari setelah latihan gabungan militer AS dan Korsel.
Korut menganggap latihan 11 hari itu sebagai latihan invasi. Para pejabat Washington dan Seoul menegaskan latihan gabungan mereka bersifat defensif.
Sehari sebelum pelatihan AS-Korsel berakhir, Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut dalam peluncuran yang dimaksudkan sebagai simulai serangan nuklir “bumi hangus” terhadap Korsel.
Terpisah Korut mengatakan mereka menggelar latihan pos komando tujuannya untuk melatih pendudukan wilayah Korsel jika terjadi konflik. Pada tanggal 21 Agustus, hari dimulainya latihan AS-Korea Selatan, media pemerintah Korea Utara mengatakan pemimpinnya Kim Jong Un mengamati peluncuran rudal jelajah.
Pada 24 Agustus lalu Korut gagal dalam upaya keduanya untuk menempatkan satelit mata-mata militer di orbit. Namun negara tersebut mengatakan akan melakukan upaya ketiga pada bulan Oktober.
Sejak awal tahun 2022, Korut menggelar lebih dari 100 uji coba senjata sebagian besar antaranya adalah peluncuran rudal balistik, yang dilarang resolusi Dewan Keamanan PBB. Uji coba rudal jelajah Korea Utara tidak dilarang, namun tetap menimbulkan ancaman bagi para musuhnya karena dirancang untuk terbang pada ketinggian rendah untuk menghindari deteksi radar.
Pengamat mengatakan misi utama rudal jelajah Korut adalah menyerang kapal perang dan kapal induk AS jika terjadi perang. Para pakar asing mengatakan Kim menggunakan latihan militer AS-Korea Selatan sebagai dalih untuk memperluas persenjataan rudal dan nuklirnya guna meningkatkan pengaruh dalam diplomasi masa depan dengan AS.
Mereka mengatakan Kim mencari pengakuan internasional sebagai negara nuklir yang sah agar sanksi PBB terhadap Korea Utara dicabut.