REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat elektabilitas bakal calon presiden Ganjar Pranowo dinilai tak akan signifikan terpengaruh konflik agraria yang sempat meletup di Jawa Tengah. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, pemberitaan mengenai konflik yang dikaitkan Pilpres 2024, mulai senyap.
"Jadi, saya melihatnya seperti itu. Untuk kepentingan elektoral, pasti kasus-kasus tersebut dikondisikan agar tidak keluar, agar tidak mencoreng elektoral Ganjar Pranowo," ucap Ujang kepada wartawan di Jakarta, dikutip Sabtu (31/8/2023).
Setidaknya ada dua konflik agraria yang mengemuka pada era kepemimpinan Ganjar. Pertama, polemik pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang. Sejak Mei 2014, warga Kendeng memprotes penambangan dan pembangunan pabrik semen di Kendeng karena khawatir merusak ekosistem pegunungan karst dan berdampak pada mata pencaharian mereka.
Pada 2015, putusan MA membatalkan izin pembangunan pabrik tersebut. Ganjar merespons dengan menerbitkan izin baru. Pada akhir 2016, KLHK meminta pembagunan ditunda. Dua bulan berselang, Ganjar menerbitkan izin baru dengan dalih kajian lingkungan sudah sesuai.