REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Netflix membawa "One Piece" ke platform streaming-nya dalam versi live-action mulai Kamis (31/8/2023). Serial yang terdiri atas delapan episode ini diproduksi Shueisha dan Tomorrow Studios.
Serial ini hadir dengan penonton "bawaan" manga dan Netflix mengetahui hal ini. Raksasa streaming tersebut menyelenggarakan 10 pemutaran dan acara penggemar di seluruh dunia di kota-kota seperti Los Angeles, Paris, Jakarta, Milan, dan Tokyo, sebelum penayangan perdana serialnya.
“Reputasi 'One Piece' sangat kuat. Ini adalah standar emas manga yang digunakan untuk menilai karya-karya populer lainnya yang sudah berjalan lama,” kata Nicole Coolidge Rousmaniere, seorang profesor Seni dan Budaya Jepang di Universitas East Anglia, di Inggris Raya kepada TIME.
Rousmaniere mengatakan, berkembangnya basis penggemar acara ini adalah hasil cerita inovatif penulis dan ilustrator "One Piece" Eiichiro Oda dan kesediaannya untuk melibatkan pembaca dalam proses pembuatannya. Namun dengan reputasi yang sempurna ini, muncul tekanan bagi produser Owens dan Steven Maeda. Pasalnya penggemar sangat menantikan untuk melihat apakah serial live-action ini menunjukkan performa positifnya selayaknya karya-karya sebelumnya.
Oda yang dikenal sangat menghargai privasinya bahkan menulis surat pada bulan Juli. Dia mendesak para penggemar yang kecewa terhadap teaser tersebut untuk melihat acara tersebut sebagai hasil kerja cinta yang diperuntukkan bagi pembuatnya.
“Setelah peluncurannya, saya yakin akan mendengar tentang beberapa orang yang menunjukkan bagaimana karakter ini hilang atau dihilangkan, atau bagian ini berbeda dari manga. Tapi saya yakin komentar-komentar itu datangnya karena cinta, jadi saya berniat menikmati komentar-komentar itu!,” tulis Oda.
Dia mengatakan, serial ini dibuat oleh tim fanatik "One Piece". Semakin akrab pemirsa dengan alam semesta "One Piece", maka semakin besar kemungkinan mereka menyadari cinta yang terkandung di dalamnya.
Ilan Manouach adalah seniman komik konseptual yang bertanggung jawab atas "One Piece". Manouach mengatakan, penggemar mungkin sulit untuk dibujuk karena manga adalah “media yang kuat” yang memungkinkan mereka membangun hubungan mereka sendiri dengan setiap gambar.
“Kecepatan sangat penting: pembaca memegang kendali, mereka dapat berlama-lama, membaca ulang, atau melompat ke depan dengan kecepatan mereka sendirinya,” kata dia.
Seorang penggemar super "One Piece" berusia 16 tahun, Domenic Giusti mengatakan adaptasi anime live-action biasanya terkenal sangat buruk. “One Piece khususnya berutang banyak pada kartunnya sendiri. Estetika, pesan, dan karakter utama manga sangat banyak, melewatkannya bisa menjadi kerugian besar bagi live-action-nya,” ujar Giusti.
Namun dia tetap yakin dengan seberapa dekat Oda mengerjakan proyek tersebut, dan mengatakan bahwa teaser-nya tampak menjanjikan. Oda sendiri menyinggung sejarah adaptasi manga live-action yang gagal dalam sebuah wawancara langka baru-baru ini dengan New York Times. Oda yang bergabung dengan kru sebagai produser eksekutif mengatakan bahwa dia membaca naskah, memberikan catatan, dan bertindak sebagai penjaga untuk memastikan naskah terse