Sabtu 02 Sep 2023 17:00 WIB

Banyak Risiko Gagal Panen, IPB Buka Pintu Belajar Bagi Petani

IPB University memiliki Tani Center dan aplikasi Digitani.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ahmad Fikri Noor
Seorang warga memompa air di samping sawah yang terdampak kekeringan di Desa Medalkrisna,Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023).
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Seorang warga memompa air di samping sawah yang terdampak kekeringan di Desa Medalkrisna,Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — IPB University memberikan dukungan kepada petani untuk menghadapi risiko gagal panen pada musim kemarau kali ini. Saat ini, IPB University memiliki Tani Center dan aplikasi Digitani yang bisa memfasilitasi para petani.

Rektor IPB University Arif Satria mengatakan, Tani Center terbuka untuk memberikan bantuan dan dukungan, berupa keahlian untuk mengatasi berbagai persoalan. “IPB terbuka bagi petani-petani untuk belajar ke IPB. Jadi saya berharap IPB sudah membangun Tani Center, agar petani-petani silakan kalau ada masalah datang ke IPB,” kata Arif, Sabtu (2/9/2023).

Baca Juga

Arif mengatakan, IPB University tidak hanya bisa melayani para petani di Tani Center. Namun, bisa juga melalui aplikasi Digitani, di mana IPB bisa langsung menjawab persoalan yang dihadapi petani.

 

“Makanya saya mohon bantuannya untuk disosialisasikan aplikasi itu untuk membantu petani-petani di seluruh Indonesia. Ketika ada masalah, langsung bisa ini, kita bisa menjawab. Kalau kurang puas, bisa datang ke IPB ada Tani Center,” ucapnya.

Di samping itu, lanjut Arif, untuk menghindari gagal panen, diperlukan varietas unggul dan mengatur waktu tanam. Selain itu, dibutuhkan juga resiliensi pangan sehingga saat kondisi krisis, cadangan pangan sudah cukup.

“Oleh karena itu, ini petani budi daya pada saat ini penting, dan kampus menurut saya penting untuk bisa melakukan pendampingan pada para petani. Sehingga mereka melakukan praktik budi daya secara tepat,” jelasnya.

Sebagai contoh, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura Dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor mencatat ada 7 hektare sawah di Kecamatan Ciawi yang mengalami gagal panen. Sawah-sawah tersebut mengalami gagal panen akibat dari kemarau berkepanjangan dan dampak El Nino.

 

“Sekarang yang terlaporkan kepada kami yang terkena puso (gagal panen) tujuh hektare di Kecamatan Ciawi itu ada dua kelompok tani,” kata Plt Kadistanhorbun Kabupaten Bogor Tatang Mulyadi, beberapa waktu lalu.

Tatang memaparkan, sedikitnya ada 1,5 hektare sawah mengalami kekeringan berat. Kemudian, kekeringan dengan kriteria sedang 39,3 hektare, ringan 87,5 hektare, dan terancam kekeringan seluas 388,15 hektare.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement