REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Pertanian terbukti andal menjadi kegiatan usaha dan sumber penghidupan seperti ditempuh M Shohifuddin, sarjana biologi yang memilih beternak kelinci sementara Bawon Wijono, sarjana teknik menekuni bisnis itik petelur di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Kedua peternak milenial merupakan Penerima Manfaat Program Youth Enterpreneurship And Employment Support Services (YESS) dari Polbangtan Malang selaku Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Program YESS Jatim.
Pilihan M Shohifuddin dan Bawon Wijono sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa regenerasi petani adalah tonggak utama kemajuan pertanian.
"Peningkatan jumlah petani muda harus terus didorong, karena jumlah petani produktif kita menurun. Generasi milenial harus lebih baik mengelola usahanya dengan memanfaatkan berbagai inovasi," katanya.
Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsyi selain teknologi, generasi milenial juga harus berkolaborasi.
"Dengan kerja sama, banyak hal positif dihasilkan, mulai dari bertukar informasi penerapan teknologi, hingga akses keuangan dan pasar. Semua dapat dikolaborasikan," katanya.
Sukses kedua peternak milenial menjadi perhatian Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana dan Project Manager PPIU Jatim, Acep Hariri yang mengunjungi usaha ternak mereka di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang pada Kamis (31/8/2023).
Udrayana apresiasi tangan dingin Shohifuddin, akrab disapa Shohif mengembangkan kelinci pedaging jenis Rex, Hyla dan Hycole yang dirintis sejak beberapa tahun silam. Saat ini, terjual sekitar 90 ekor per bulan. Harga rata-rata anakan jantan Rp 50 ribu sedangkan anakan betina Rp 100 ribu per ekor pada usia 40 hingga 50 hari.
"Uniknya, sistem kandang sengaja dibuat untuk menampung urine kelinci yang dibutuhkan petani sebagai pupuk tanaman, dan tentu menjadi tambahan penghasilan," kata Udrayana yang akrab disapa Uud.
Acep Hariri mengaku salut pada Shohif meskipun kondisi kesehatan memaksanya kontinyu cuci darah, tetap semangat mengembangkan ternak kelinci, dengan mengorganisir peternak sekitarnya untuk bekerjasama.
"Dukungan Program YESS membuatnya percaya diri berkembang melalui kolaborasi dan membangun jejaring bisnis," katanya.
Lain lagi kisah usaha ternak Bawon, kata Uud, alumni fakultas teknik yang kini mengelola 700 ekor itik petelur dewasa. Sekembalinya sebagai pekerja migran di Taiwan, Bawon membantu orangtuanya memelihara itik sekaligus mempelajari seluk-beluk itik petelur.
"Dengan pengalaman dan ketekunan, Bawon meramu pakan itik dari bahan baku di sekelilingnya seperti nasi aking, kepala udang, mie kadaluwarsa, dedak dan konsentrat," kata Uud.
Acep Hariri menambahkan, saat Tim PPIU Jatim berkunjung, produktivitas rata-rata telur itiknya hingga 80 persem. Bawon juga bekerjasama dengan tujuh peternak di sekitarnya baik untuk kebutuhan pakan, solusi masalah hingga jaringan pembeli.
Koordinator Business Development Service Provider (BDSP) Program YESS Kecamatan Dampit, Chusnul Fikriani mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan pemantauan sekaligus mendampingi petani maupun peternak untuk perkembangan usaha mereka.
"Intervensi oleh Program YESS membuat para milenial makin percaya diri menekuni usahanya sekaligus wujud kepedulian Kementan pada para petani muda, khususnya di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang," katanya.