Ahad 03 Sep 2023 06:43 WIB

Demokrat Keluar, Pengamat Sebut Koalisi Perubahan Tambah Kuat Bersama PKB

Para stakeholder partai sangat memperhitungkan perolehan suara di Pulau Jawa.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh berangkulan dengan bakal calon presiden Anies Baswedan (kiri) dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar (kanan) saat Deklarasi Capres-Cawapres 2024 di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023). PKB menerima tawaran Partai Nasdem untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden pada Pilpres 2024.
Foto: Antara/Moch Asim
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh berangkulan dengan bakal calon presiden Anies Baswedan (kiri) dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar (kanan) saat Deklarasi Capres-Cawapres 2024 di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023). PKB menerima tawaran Partai Nasdem untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden pada Pilpres 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan kepastian Partai Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan pendukung Anies Baswedan tidak akan terlalu berpengaruh, dengan masuknya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Najmuddin menghitung ketika Koalisi Perubahan terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), koalisi ini mengantongi 163 kursi atau 25,03 persen. Lalu dengan keluarnya Demokrat dan PKB masuk, total kursi Koalisi Perubahan di DPR berjumlah 167 persen atau 29,05 persen.

"Masuknya PKB secara matematis kekuatan Koalisi Perubahan bertambah," kata Najmuddin, Sabtu (2/9/2023). Ia melihat keberanian Surya Paloh menjadikan Ketum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar, sebagai cawapres pendamping Anies Baswedan sangat berani dan penuh perhitungan.

Tujuan Bos Media Group itu, kata dia, tak lain untuk memaksimalkan perolehan suara Anies di Jawa Timur. Karena Muhaimin punya basis massa yang kuat dari kaum Nahdliyin.

Sedangkan sebelumnya Anies sudah dianggap cukup kuat untuk merebut suara di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sehingga kini dapat fokus memikirkan merebut sebagian suara dari Jawa Tengah yang selama ini dikenal sebagai kantong suara PDIP yang kali ini mencapreskan Ganjar Pranowo.

Najmuddin menambahkan sudah empat edisi pemilu dengan skema pemilihan langsung, penentuan pemenang pilpres berada di Pulau Jawa. Khususnya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jateng, dan Jatim. Sehingga Najmuddin tidak heran melihat para stakeholder partai sangat memperhitungkan perolehan suara di Pulau Jawa.

"Menurut saya juga yang harus dikejar adalah pemilih milenial. Ini memerlukan strategi yang matang dan harus didukung dengan team yang solid, militansi dan ikhlas," ungkap Najmuddin.

Seperti diketahui, teka-teki sosok cawapres pendamping Anies sudah terjawab. Yakni Muhaimin Iskandar. Pasangan Anies-Muhaimin ini dideklarasikan di Hotel Majapahit, Kota Surabaya tadi siang.

Kepastian menunjuk Gus Muhaimin sebagai cawapres Anies mengubah peta kekuatan Koalisi Perubahan. Di mana Partai Demokrat yang sangat berharap ketum mereka Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres sempat meradang hingga mengumumkan keluar dari Koalisi Perubahan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement