Ahad 03 Sep 2023 06:51 WIB

Sekolah Jadi Titik Awal Terbaik untuk Ajarkan Daur Ulang Sampah

Tidak hanya sekolah, YYADU! menjadi contoh nyata kolaborasi daur ulang sampah.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan, Deden Deni di seminar bertajuk ‘Peran Edukasi dalam Memupuk Kesadaran Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah Sejak Usia Dini’ di Sekolah Putra Pertiwi, Kota Tangsel, Banten, Sabtu (2/9/2023). Rahma Sulisty
Foto: Republika.co.id/Rahma Sulistya
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan, Deden Deni di seminar bertajuk ‘Peran Edukasi dalam Memupuk Kesadaran Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah Sejak Usia Dini’ di Sekolah Putra Pertiwi, Kota Tangsel, Banten, Sabtu (2/9/2023). Rahma Sulisty

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan daur ulang sampah yang dimulai dari sekolah, menjadi awal untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Atas dasar itu, sebuah inisiatif yang sudah dimulai sejak 2019, Yok Yok Ayok Daur Ulang! atau YYADU! kembali berkeliling untuk berkolaborasi dengan sejumlah sekolah.

Tidak hanya sekolah, YYADU! menjadi contoh nyata kolaborasi antarpihak, menggabungkan berbagai kepentingan dari sektor swasta, pemerintah, komunitas, hingga media. Selain mempromosikan kegiatan daur ulang, program ini juga memberikan edukasi mengenai pentingnya tata kelola sampah plastik secara berkelanjutan. 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan (Disdikbud Tangsel), Deden Deni mengatakan, program seperti itu sangat baik untuk memupuk tanggung jawab dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup.

"Faktanya, kondisi alam kita sedang bermasalah, sehingga kesadaran terkait pengelolaan sampah ini perlu terus ditanamkan melalui pembentukan karakter," ucap Deden dalam seminar bertajuk ‘Peran Edukasi dalam Memupuk Kesadaran Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah Sejak Usia Dini’ di Sekolah Putra Pertiwi, Kota Tangsel, Banten, Sabtu (2/9/2023).

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel saat ini sedang menghadapi permasalahan sampah yang cukup menjadi perhatian di masyarakat. Terutama, persoalan di hulu, bisa dari rumah tangga, sekolah, tempat kerja, pasar, dan lain-lain.

Presiden Direktur PT Trinseo Materials Indonesia, Hanggara Sukandar menjelaskan, jika sampah tidak dikelola dengan baik, tentunya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu, edukasi sangat diperlukan pertama pada diri sendiri, dan tentunya kepada siswa-siswi didik.

"Ini adalah upaya berkelanjutan kami untuk memperluas pemahaman dan kesadaran masyarakat, tentang tata kelola sampah dan daur ulang," kata Hanggara dalam kesempatan yang sama.

Dia meyakini, pendidikan adalah kunci untuk mencapai perubahan positif dalam perilaku dan pemikiran masyarakat terkait sampah plastik. Pengajar di Sekolah Putra Pertiwi berbagi pengalaman dan pandangannya, tentang pentingnya mendidik anak-anak usia dini tentang pengelolaan sampah.

Direktur Sekolah Putra Pertiwi sekaligus praktisi pendidikan, Dr Novianty Elizabeth Ayuna, menjelaskan, sebagai lembaga pendidikan, pihaknya berkomitmen untuk memasukkan pembelajaran tentang lingkungan dan pengelolaan sampah ke dalam kurikulum sejak usia dini.

"Kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membentuk generasi yang peduli terhadap lingkungan, dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengambil tindakan positif dalam upaya pengelolaan dan daur ulang sampah," tutur Novianty.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement