REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aktivitas vulkanis Gunung Merapi masih cukup tinggi dalam sepekan terakhir. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat guguran lava masih terus terjadi berdasarkan periode pengamatan dari 25-31 Agustus.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, dalam sepekan terakhir setidaknya tercatat 118 kali guguran lava yang mengarah ke selatan dan barat. Guguran tersebut meliputi dua kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.000 meter, 115 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 2.300 meter.
Pihaknya juga mencatat satu kali guguran lava ke hulu Kali Senowo sejauh 500 meter. Sedangkan, suara guguran lava sendiri terdengar sebanyak 22 kali dari Pos Pengamatan Merapi Babadan. "Suara guguran terdengar dengan intensitas kecil hingga sedang," kata Agus, Ahad (3/9/2023).
Aktivitas tersebut mengakibatkan morfologi kubah barat daya mengalami perubahan. Berdasarkan analisis foto udara yang dilakukan BPPTKG pada 30 Agustus 2023, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.858.600 meter kubik.
"Morfologi kubah barat daya mengalami perubahan akibat aktivitas pertumbuhan dan guguran lava," katanya. Sedangkan untuk kubah tengah tidak teramati adanya perubahan yang signifikan.
Dari analisis foto udara yang juga dilakukan pada 30 Agustus, volume kubah tengah terukur 2.355.100 meter kubik. Terkait dengan deformasi Merapi yang dipantau menggunakan EDM pekan ini, menunjukkan adanya pemendekan jarak tunjam rata-rata sebesar 2,5 centimeter per hari.
Deformasi ini, kata Agus, meningkat jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Sementara untuk kegempaan Merapi dalam sepekan terakhir tercatat lebih tinggi dari pekan sebelumnya.
Agus menjelaskan, pihaknya mencatat 149 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 1.169 kali gempa Fase Banyak (MP), 12 kali gempa Frekuensi Rendah (LF), dan 1.000 kali gempa Guguran (RF). "Juga tercatat tujuh kali gempa Tektonik (TT) pada periode 25-31 Agustus," jelas dia.
Untuk itu, melihat masih cukup tingginya aktivitas vulkanik yakni berupa aktivitas erupsi efusif, maka status aktivitas Merapi juga masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.
Dengan begitu, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Potensi bahaya ini meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer.
Potensi bahaya ini juga meliputi Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh km. Sementara, potensi bahaya ini juga pada sektor tenggara yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima km.
"Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," katanya.