REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Yayasan Nobel (Nobel Foundation) telah memutuskan tidak akan mengundang duta besar Rusia, Iran, dan Belarusia dalam acara penghargaan Hadiah Nobel yang diagendakan digelar di Stockholm, Swedia, 10 Desember 2023 mendatang. Sebelumnya pemimpin partai politik di Swedia menyatakan bakal memboikot acara tersebut jika terdapat perwakilan Rusia, Iran, dan Belarusia.
“Keputusan Yayasan Nobel untuk mengundang seluruh duta besar ke upacara pemberian Hadiah Nobel, sesuai dengan praktik sebelumnya, telah memicu reaksi keras,” kata Yayasan Nobel dalam sebuah pernyataan, Sabtu (2/9/2023).
“Oleh karena itu, dewan Yayasan Nobel memilih untuk mengulangi pengecualian tahun lalu, yaitu tidak mengundang duta besar Rusia, Belarusia, dan Iran ke upacara penghargaan Hadiah Nobel di Stockholm,” tambah Yayasan Nobel dalam pernyataannya.
Tahun lalu, Yayasan Nobel memang tidak mengundang duta besar Rusia dan Belarusia ke acara penganugerahan Hadiah Nobel. Pengucilan terhadap kedua negara tersebut dilakukan merespons langkah Rusia menyerang Ukraina. Belarusia diketahui merupakan sekutu Moskow. Iran juga tak diundang karena alasan “situasi yang serius dan meningkat” di negara tersebut.
Pada Kamis (31/8/2023) lalu, Yayasan Nobel sempat mengumumkan bahwa mereka akan mengundang semua duta besar ke upacara penganugerahan Hadiah Nobel. Pengumuman itu seketika memantik reaksi keras. Beberapa para pemimpin partai politik di Swedia menyatakan mereka akan memboikot acara tersebut jika terdapat perwakilan Rusia, Iran, dan Belarusia.
Acara penganugerahan lima dari enam Hadiah Nobel dilaksanakan di Stockholm setiap tahunnya. Sementara prosesi pemberian hadiah Nobel Perdamaian dilangsungkan terpisah, yakni di Oslo, Norwegia. Advokat hak asasi manusia Ales Bialiatski dari Belarusia, organisasi hak asasi manusia (HAM) bernama Memorial asal Rusia, dan organisasi HAM Center for Civil Liberties dari Ukraina menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu.