Senin 04 Sep 2023 00:35 WIB

Semangat Merawat Lingkungan dari Tradisi Saparan

Tradisi Saparan memperkuat persatuan dan kearifan bangsa.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Erdy Nasrul
Warga mengikuti pembagian apem saat tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo di Pondok Wonolelo, Sleman, Yogyakarta, Jumat (25/8/2023).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga mengikuti pembagian apem saat tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo di Pondok Wonolelo, Sleman, Yogyakarta, Jumat (25/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN--Tradisi Saparan yang digelar warga Dusun Sleker, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ahad (3/9) berlangsung meriah.

Tradisi tahunan menyambut datangnya bulan Safar pada kalender Hijriyah yang dikemas dalam 'Festival Budaya Kulon Kayon II' ini mampu menyedot perhatian masyarakat.

Baca Juga

Baik masyarakat yang ada di lingkungan Kecamatan Getasan maupun dari luar lingkungan,  kecamatan yang ada di lereng gunung Merbabu ini wilayah Kabupaten Semarang ini.

Ketua panitia Saparan Dusun Sleker tahun 2023, Dinar Bayu mengatakan, Saparan digelar sebagai bentuk rasa syukur warga Dusun Sleker atas berkah kesehatan dan hasil bumi yang melimpah dari Sang Pencipta.

Tradisi Saparan tahun ini mengusung tema 'Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata- Aja Adigang Adigung Adiguna'. Acara ini terdiri dari beberapa pegelaran seni budaya oleh warga setempat.

Antara lain Kirab Budaya yang diikuti oleh seluruh masyarakat Dusun Sleker, perhelatan wayang, pementasan kesenian setiap RT dan juga penampilan beberapa kesenian dari Dusun Sleker.

Tradisi ini juga dilaksanakan sebagai upaya warga Dusun Sleker dalam melawan dampak laju perubahan iklim yang semakin cepat, yang diwujudkan dengan melestarikan sumber air di lingkungan mereka.

“Upaya ini kami implementasikan melalui kegiatan konservasi secara rutin, guna merawat sekaligus melestarikan sumber mata air 'Tuk Songo', Kopeng," ungkap Dinar.

Saat ini lanjutnya, warga Dusun Sleker sudah mengalami dampak kerusakan iklim, yang ditandai dengan kesulitan dalam menentukan masa tanam maupun panen.

Menurutnya ini kondisi yang sangat Ironis, karena sebagian besar warga Dusun Sleker berprofesi atau bermataprncaharian sebagai petani yang mengandalkan hasil dari kebun atau lahan pertanian mereka.

Akibatnya, petani banyak yang merugi karena gagal panen akibat anomali cuaca yang tidak menentu. "Situasi ini betul- betul kami rasakan, belum lagi krisis air saat musim kemarau," jelasnya.

Melalui ikhtiar ini, Dinar berharap, semoga hasil bumi di Dusun Sleker senantiasa melimpah, sumber air terjaga kelestariannya, lingkungan bersih dan sehat jauh dari ancaman kerusakan iklim.

“Sehingga, masyarakat Dusun Sleker juga diberikan berkah kesehatan, rejeki dari aktivitas pertanian, pariwisata dan kesejahteraan dari pekerjaan sektor lain," jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement