Senin 04 Sep 2023 09:07 WIB

Rusia: Militerisasi Jepang Perumit Kondisi di Asia-Pasifik

Jepang memperluas infrastruktur militernya dan meningkatkan pembelian senjata

Rep: Dwina Agustin / Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Sebuah foto yang tersedia pada 16 Juli 2013 dari kapal Penjaga Pantai Jepang Kawagiri yang berpatroli di Tanjung Nosappu (belakang), dekat pulau Kuril paling selatan Pulau Kunashir, di bawah pemerintahan Rusia dan diklaim oleh Jepang, dekat Nemuro, di pulau Hokkaido, Jepang, 13 Juli 2013 .
Foto: EPA/KIMIMASA MAYAMA
Sebuah foto yang tersedia pada 16 Juli 2013 dari kapal Penjaga Pantai Jepang Kawagiri yang berpatroli di Tanjung Nosappu (belakang), dekat pulau Kuril paling selatan Pulau Kunashir, di bawah pemerintahan Rusia dan diklaim oleh Jepang, dekat Nemuro, di pulau Hokkaido, Jepang, 13 Juli 2013 .

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pada Ahad (3/8/2023), militerisasi yang dilakukan Jepang memperumit situasi di kawasan Asia-Pasifik. Militerisasi yang dimaksud yakni memperbarui kemampuan militer pasukan bela diri Jepang.

Rusia dan Jepang memiliki hubungan yang kompleks yang ditandai dengan perselisihan teritorial selama beberapa dekade atas beberapa pulau kecil di perairan tersebut.

Baca Juga

“Sangat disesalkan bahwa pihak berwenang Jepang mengambil jalan menuju militerisasi baru di negara ini,” ujar mantan presiden Rusia itu diikutip dari kantor berita milik pemerintah Rusia TASS

“Latihan pasukan sedang berlangsung di dekat Kepulauan Kuril, yang secara serius memperumit situasi di kawasan Asia-Pasifik," ujarnya.

Rusia menguasai wilayah di lepas pantai Hokkaido yang disebut Kuril selatan, tetapi area ini diklaim Jepang sebagai Wilayah Utara. Perselisihan mengenai wilayah tersebut, yang direbut Uni Soviet pada hari-hari terakhir Perang Dunia II, telah menghalangi Tokyo dan Moskow untuk mencapai perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri permusuhan.

Medvedev mengatakan Jepang, dengan bantuan Amerika Serikat, memperluas infrastruktur militernya dan meningkatkan pembelian senjata. Kementerian Pertahanan Jepang memang berupaya mencapai rekor anggaran sebesar 53 miliar dolar AS pada tahun fiskal berikutnya.

Alokasi itu yang merupakan bagian dari pembangunan militer terbesar sejak Perang Dunia II. Anggaran ini bertujuan untuk melipatgandakan belanja pertahanan menjadi dua persen dari produk domestik bruto pada 2027.

Peningkatan anggaran pertahanan Jepang ini dilakukan dengan alasan sikap Cina yang semakin asertif. Ditambah lagi situasi yang tidak dapat diprediksi dari Korea Utara.

Kementerian Luar Negeri Jepang dan Kantor Perdana Menteri tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar di luar jam kerja atas tuduhan Medvedev. Namun penyataan ini kemungkinan akan menimbulkan suasana yang semakin tidak nyaman bagi kedua negara.

Sebelum itu, Rusia memutuskan tahun ini untuk mendeklarasikan 3 September atau tepat sehari setelah Jepang menyerah dalam Perang Dunia II sebagai “Hari Kemenangan atas Militeristik Jepang”. Penetapan itu pun memicu protes dari Tokyo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement