REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bersikap baik kepada orang lain, saling menghormati, dan membahagiakan sesama Muslim merupakan hal-hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Namun, bagaimana jika sikap itu berlebihan dan mengarah pada kecenderungan menjadi people pleaser?
People pleaser merupakan istilah bagi orang yang selalu berusaha membuat orang lain merasa senang. Namun, dalam usahanya itu, dia terlalu mempriotaskan orang lain dibandingkan diri sendiri, bahkan menganggap tak masalah jika itu merugikan dirinya sendiri.
Pendakwah Ustaz Budi Jaya Putra mengulas terkait hal itu dalam kajian rutin Ahad pagi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, pada Agustus 2023. Paparan itu telah disiarkan di kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD.
Menurut Ustaz Budi, menjadi people pleaser tidak dianjurkan dalam Islam. Pendakwah yang merupakan pengurus Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah itu menyebut seseorang yang merupakan people pleaser berarti belum sepenuhnya merdeka.
"Mereka adalah orang yang "terjajah". Hidupnya tidak bebas karena selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain," kata Ustaz Budi.
Dia menjelaskan sejumlah ciri-ciri dari people pleaser. Ciri pertama, sulit mengatakan tidak kepada orang lain. Itu membuat mereka tidak bisa punya pendirian, sebab tidak pernah menolak permintaan orang lain dan selalu mengiyakan apa saja, meski merugikan.
Ciri kedua, Ustaz Budi menyebut people pleaser selalu butuh pujian untuk bisa merasa bahagia dan menganggap dirinya baik. Karakteristik lain adalah sering menyembunyikan perasaan ketika merasa tersakiti, kesulitan menyampaikan pendapat pribadi, dan merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang marah.
Dalam pandangan Ustaz Budi, people pleaser belum menjadi jiwa-jiwa yang merdeka. Padahal, dalam Alquran, termasuk QS Ar Rum ayat 30, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan sesuai fitrah. Dan, fitrah manusia adalah memiliki kehendak dan kebebasan. Perihal kebebasan manusia untuk berbuat dan memilih juga difirmankan Allah dalam QS Asy Syams 7-8.
Ustaz Budi menyeru supaya Muslim dan Muslimah meluruskan niat dalam segala hal di kehidupan, hanya untuk mencapai ridha Allah SWT. Sebab, meskipun melakukan suatu kebaikan, namun niatnya bukan karena Allah, melainkan melakukan karena manusia, disebutnya belum menjadi hal yang tepat.
Misalnya, ketika seseorang datang ke pengajian hanya karena merasa sungkan atau tidak enak kepada sosok tertentu apabila tidak datang. Atau, saat seseorang meninggalkan kemaksiatan bukan karena Allah, melainkan karena takut dibicarakan orang lain. Artinya, niat itu belum bersumber dari Allah SWT.
"Bersihkan niat. Jadikan segala amalan yang diperbuat hanya untuk Allah, tanpa pamrih dan tidak mengharapkan pujian manusia. Tidak mencari ridha selain dari Allah. Memang menjadi ikhlas tidak mudah, butuh latihan terus-menerus. Mari senantiasa melakukan introspeksi agar yang kita lakukan sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT," tutur Ustaz Budi.