REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW merupakan kekasih Allah SWT. Segala hal yang ia minta, pasti dan akan selalu dikabulkan.
Ketika Rasulullah merasa sedih dan kewalahan, Allah SWT pun menurunkan sebuah surat untuk menghibur dan melipur lara. Syekh Abdul Nasir Jangda dalam videonya di akun Youtube Quran Weekly mengajak Muslim untuk memahami surat yang dimaksud, yaitu QS Ad-Dhuha.
Surat ini disebut tidak hanya ditujukan bagi kekasih Allah SWT, tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat Muslim. Hal ini dapat menghilangkan rasa khawatir, meningkatkan suasana, serta meningkatkan kecintaan dan kepercayaan seorang umat kepada Sang Pencipta.
Syekh Jangda menyebut, ketika Nabi SAW pertama kali menerima inspirasi dan wahyu ilahi, dia juga dipercayakan dengan tugas untuk membagikan dan menyebarkan pesan ini kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad mengerahkan seluruh kemampuannya, melakukan 100 persen upayanya, berbagi segala sesuatu yang dia miliki, serta menyebarkan dan mengajarkan pesan Islam ini.
"Pada saat yang sama, hal lain yang harus benar-benar dipahami adalah ada banyak riwayat yang berbicara tentang fakta bahwa wahyu Ilahi yang diterima Nabi adalah firman Tuhan," ujar dia dalam video itu, dikutip Republika.co.id, Senin (4/9/2023).
Wahyu yang diterima Rasulullah SAW adalah firman Allah, kalamullah, Alquran, yang diwahyukan kepadanya sebagai manusia. Hal ini jelas sangat berat baginya. Bahkan, sering kali tugas yang ia emban ini menjadi sesuatu yang membuat Nabi merasa lelah. Kadang-kadang, sangat sulit sekali untuk menerima Wahyu Ilahi itu.
Tidak sekali atau dua kali Nabi Muhammad diriwayatkan jatuh sakit. Ada beberapa alsan untuk ini, entah karena menerima Wahyu Ilahi secara konsisten selama beberapa waktu, atau karena menerima penolakan, penyangkalan dan penolakan, bahkan tuduhan ketika berkeliling dan berkhutbah untuk mengajarkan risalah Allah ini.
"Dia (Nabi Muhammad SAW) jatuh sakit selama beberapa hari. Sehingga dia tidak bisa terbangun di malam hari, tidak mampu melaksanakan shalat qiyamnya," lanjut Syekh Jangda.
Sebagian riwayat menyebutkan, karena fisiknya sudah lemah dan sakit, maka Allah SWT tidak menurunkan wahyu selama beberapa hari agar fisiknya pulih. ketika kesehatannya lebih baik, ia bisa mulai menerima Wahyu Ilahi itu lagi.
Selama beberapa hari tidak menerima Wahyu Ilahi, seorang wanita datang kepada Nabi Muhammad. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa wanita ini adalah istri Abu Lahab, wanita yang sama yang disebutkan dalam Surah Lahab.
Wanita tersebut mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, "Aku melihat bahwa kamu adalah setan. Aku melihat setan ini, setan ini, setan yang merasukimu.Setan yang merasukimu ini telah meninggalkanmu. Dia tidak datang kepadamu selama beberapa hari." Ia mengatakan ini semua dengan nada yang sinis, seolah mengejek Nabi Muhammad SAW.
Nabi tentu saja tidak menaruh perhatian dan tidak terpengaruh oleh kalimatnya itu. Namun pada saat yang sama, ia merasakan keterikatan dan kerinduan yang begitu besar untuk menerima anugerah tersebut, firman Allah.
"Jadi ketika wanita itu datang, mulai mengejek dan mengolok-olok Nabi Muhammad, pada saat itu Allah SWT menurunkan Surat nomor 93, Adh-Dhuha," ucap Syekh Jangda.
Dalam surat tersebut, disebutkan bahwa Duhā adalah apa yang disebut dengan pertengahan pagi, saat matahari telah terbit sempurna dan di pertengahan pagi itu matahari bersinar cemerlang. Di waktu-waktu sekitar jam 9 hingga 10 pagi, terkadang cuacanya paling bagus sepanjang hari.
Ketika matahari terbit, cuaca di luar terang dan cerah. Pepohonan, dedaunan dan bunga-bunga semuanya bermekaran, serta burung-burung beterbangan. Suhu saat itu tidak terlalu panas, yang mana kesejukan malam dan dini hari telah berlalu. Di jam-jam itu, manusia bisa mendapatkan sedikit sinar matahari.
Di Surat itu, Allah SWT bersumpah, baik pada waktu dhuha pertengahan pagi, pada malam ketika matahari sudah terbenam sepenuhnya dan segala sesuatu menjadi tenang, tenteram dan hening, Allah SWT tidak akan meninggalkan kekasih dan umat-umat-Nya.
Selanjutnya, dalam surat tersebut Allah SWT berfirman, ma wadda'aka rabbuka wa ma qala. Artinya, Tuhanmu tidak meninggalkanmu, dan Tuhanmu tidak pula marah dan benci kepadamu.
"Inilah keindahan surah ini. Allah tidak hanya menurunkan wahyu Ilahi kepada Nabi SAW, sehingga meringankan kekhawatirannya dan ketakutan apa pun yang dimilikinya, tetapi pada saat yang sama dalam wahyu ini disampaikan bahwa Allah tidak meninggalkanmu, tidak marah kepadamu. Jangan dengarkan orang-orang ini," kata dia.
Kemudian, ujar dia, Allah SWT bersabda kepada Nabi bahwa tanpa diragukan lagi, akhirat akan lebih baik bagimu daripada kehidupan di dunia ini.
Terkait kehidupan di akhirtat ini, ada sebuah kisah yang luar biasa dari Abdullah bin Mas'ud. Ia mengatakan Nabi Muhammad SAW suatu ketika pernah berbaring di tanah dan terdapat kerikil. Ketika dia duduk, meninggalkan bekas kerikil di tubuhnya, di sisi tubuhnya.
Dia pun mulai menggosok sisi Nabi SAW untuk menghilangkan beberapa kerikil dan tanda-tanda di kulitnya. Ia lalu berkata, "Ya Rasulullah, izinkanlah kami, kami akan datang dan meletakkan sesuatu yang lunak di tanah untukmu agar kamu dapat berbaring di atasnya.”
Dan Nabi Muhammad berkata, "Apa artinya dunia bagiku? Apa urusanku dengan dunia? sesungguhnya perumpamaanku dengan perumpamaan dunia ini seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon ia istirahat sesaat kemudian meninggalkannya."
Begitulah kisah bagaimana Allah SWT selalu berusaha membahagiakan kekasih-Nya, Rasulullah SAW. Selain menurunkan surat Adh-Dhuha, kisah isra' mi'raj juga menjadi salah satu usaha untuk menghapus kesedihan di hati Nabi. Hal ini terjadi dua tahun setelah wafatnya sang istri Siti Khadijah dan paman Rasulullah, Abu Thalib.