REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA — Jumlah warga terdampak kekeringan saat musim kemarau ini di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dilaporkan bertambah. Penyaluran air bersih masih dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan warga terdampak.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, terhitung 1 Juni-24 Agustus 2023, jumlah warga terdampak kekeringan mencapai 1.207 kepala keluarga (KK) atau 4.396 jiwa. Hingga 4 September 2023, dilaporkan jumlah warga terdampak menjadi 2.584 KK atau 8.130 jiwa.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Kabupaten Majalengka Rezza Permana mengatakan, warga terdampak kekeringan ini tersebar di sejumlah kecamatan. Di antaranya di wilayah Kecamatan Panyingkiran, dengan jumlah warga terdampak 250 KK atau 750 jiwa.
Selain itu, di wilayah Kecamatan Kadipaten sebanyak 579 KK atau 2.192 jiwa, di Kecamatan Jatitujuh sebanyak 1.665 KK atau 4.938 jiwa, dan di wilayah Kecamatan Kasokandel sebanyak 90 KK atau 250 jiwa yang terdampak kekeringan.
“Selain daerah yang sudah terdampak kekeringan, ada pula daerah yang terancam kekeringan, yakni di Kecamatan Bantarujeg,” ujar Rezza, Senin (4/9/2023).
Di Kecamatan Bantarujeg dilaporkan ada sekitar 500 KK atau 1.500 jiwa yang kondisinya dilaporkan terancam kekeringan. Warga dilaporkan mulai mengantre untuk memanfaatkan sumber air yang ada. “Saat ini tersisa satu mata air yang bisa digunakan warga,” kata Rezza.
Menurut Rezza, daerah dan warga terdampak kekeringan ini kemungkinan bisa bertambah karena musim kemarau masih berlangsung. “Kami terus melakukan pemantauan dan pendataan,” kata dia.
Rezza mengatakan, penyaluran bantuan air bersih terus diupayakan untuk daerah terdampak kekeringan. Sejauh ini, kata dia, total 114 ribu liter air bersih sudah disalurkan. BPBD menyalurkan 30 ribu liter, PMI Kabupaten Majalengka sebanyak 70 ribu liter, dan Polres Majalengka sebanyak 14 ribu liter air bersih.