REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya, Jawa Barat, berupaya mengoptimalkan penanganan dampak kekeringan. Untuk itu, pemkot akan membentuk Tasikmalaya El Nino Center.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tasikmalaya Ivan Dicksan mengatakan, Tasikmalaya El Nino Center akan menjadi pusat data dan koordinasi dalam upaya penanganan kekeringan. Termasuk soal bantuan air bersih. “Nanti semua data akan masuk ke sana, sehingga bantuan air bersih terkoordinasi,” ujar dia, selepas rapat koordinasi penanganan kekeringan di Bale Kota Tasikmalaya, Senin (4/9/2023).
Musim kemarau kali ini dibarengi fenomena iklim El Nino. Terjadinya fenomena tersebut dapat membuat kondisi kemarau lebih kering. Aparat kewilayahan di Kota Tasikmalaya diminta siaga merespons dampak kekeringan. “Kami sudah minta seluruh lurah dan camat untuk mengidentifikasi wilayah masing-masing dan segera bisa dilaporkan,” kata Ivan.
Selain mendata warga terdampak kekeringan, Ivan mengatakan, aparat kewilayahan juga diarahkan untuk mencari potensi sumber air yang bisa dimanfaatkan. Menurut dia, pendataan potensi sumber air penting, agar pendistribusian air bersih kepada warga terdampak kekeringan bisa lekas dilakukan.
Siaga darurat kekeringan
Berdasarkan hasil rapat koordinasi, Ivan mengatakan, Pemkot Tasikmalaya berencana menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan. Dengan penetapan status itu, kata dia, penanganan dampak kekeringan di lapangan diharapkan optimal, di mana anggaran belanja tidak terduga (BTT) pun dapat digunakan. “Nanti SK (surat keputusan status siaga darurat) akan segera diterbitkan,” katanya.
Menurut Ivan, status siaga darurat bencana kekeringan itu rencananya diberlakukan hingga November 2023. Mengacu informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diprakirakan hujan akan mulai turun kembali di Kota Tasikmalaya pada sekitar November. “Mudah-mudahan sesuai dengan prakiraan,” ujar Ivan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya per 3 September 2023, dampak kekeringan dilaporkan di 23 titik, yang tersebar di sembilan kelurahan wilayah enam kecamatan. Total warga yang terdampak kekeringan dilaporkan mencapai 2.432 kepala keluarga (KK) atau 4.948 jiwa.
Warga terdampak kekeringan ini dilaporkan, antara lain di wilayah Kelurahan Setiawargi dan Mugarsari, Kecamatan Tamansari; di Kelurahan Singkup dan Sukajaya, Kecamatan Purbaratu; dan di Kelurahan Urug dan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu.
Selain itu, dilaporkan juga di wilayah Kelurahan Margabakti, Kecamatan Cibeureum; di Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes; serta di wilayah Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya Ucu Anwar mengatakan, penetapan status siaga darurat diharapkan membuat penanganan dampak kekeringan lebih terkoordinasi. Apalagi akan dibentuk Tasikmalaya El Nino Center.
“Jadi, penanganan yang dilakukan oleh berbagai instansi terkoordinasi dengan baik dan tidak menimbulkan duplikasi pendistribusian air bersih,” ujar Ucu.
Soal ketersediaan air bersih untuk bantuan, menurut Ucu, sejauh ini masih aman. BPBD Kota Tasikmalaya disebut berkoordinasi dengan sejumlah perusahaan yang memiliki tandon atau sumber air untuk membantu penyaluran air bersih.
“Apabila itu sudah menipis, kami akan lakukan langkah lebih lanjut dengan membuat MoU dengan PDAM, seperti penanganan pada 2019,” kata Ucu.