Senin 04 Sep 2023 22:42 WIB

Kualitas Udara di Padang Menurun, 609 Titik Panas Terpantau di Sumatra

Sumsel) menjadi wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak, yakni 343.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Israr Itah
Ilustrasi titik panas kebakaran lahan di Sumatra.
Foto: ANTARA
Ilustrasi titik panas kebakaran lahan di Sumatra.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Yasir Prayuna mengatakan pada Senin (49/2023) tercatat sebanyak 609 titik panas terpantau di Pulau Sumatra. Menurut Yasir, meskipun terjadi penurunan dibanding hari kemarin, jumlah ini masih termasuk tinggi dan memerlukan perhatian serius.

"Dalam data ini, Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak, mencapai 343 titik panas," kata Yasir Prayuna, Senin (4/9/2023).

Baca Juga

Selain itu, ada beberapa provinsi lainnya yang juga masih rentan dan perlu waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) karena muncul hotspot di wilayahnya. Yakni Lampung terpantau muncul 81 titik panas, Jambi 69 titik, Bangka Belitung 67 titik, Sumatera Barat 19 titik, Bengkulu 17 titik, Kepulauan Riau 3 titik, dan Riau 10 titik.

"Di Riau muncul 10 titik panas yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk Kampar 2 titik, serta Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masing-masing dengan 4 titik panas," ucap Yasir.

Ia berharap baik itu pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat waspada dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan karhutla, mengingat masih ada titik panas yang terpantau di wilayah mereka.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan, pihaknya mendeteksi ada lima titik api di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dan Provinsi Bengkulu. Hal itu menurut Yozawardi terdeteksi melalui Sistem Informasi Deteksi Dini Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Berbasis Aplikasi dan Web (SiPongi). 

SiPongi yang dikembangkan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK merupakan rujukan utama informasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Informasi Sipongi menjadi dasar untuk mencegah terjadinya karhutla melalui deteksi dini hotspot/titik panas, serta menjadi sumber informasi paling valid untuk ditindaklanjuti.

"Ada lima titik api di Pessel. Satu terkonfirmasi," kata Yozawardi.

Ia menyebut besok, Selasa (5/9/2023) akan ada tim Dinas Kehutanan Sumbar yang akan turun ke lapangan untuk memantau dan memastikan titik panas yang terdeteksi SiPongi. Yozawardi tidak mau memastikan titik panas yang terdeteksi oleh Dinas Kehutanan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan yang kini menyebabkan penurunan kualitas udara di Kota Padang dan sekitarnya.

"Yang jelas dalam seminggu terakhir, tidak ada titik api yang terpantau menjadi kebakaran di Sumbar. Baru hari ini terkonfirmasi terjadi di Pessel. Itupun belum akan mempengaruhi Sumbar secara umum. Kita juga belum bisa memastikan apakah menurunnya kualitas udara di Padang hari ini berasal dari asap kiriman karhutla provinsi tetangga," ucap Yozawardi.

Kemarin diberitakan berdasarkan data Stasiun AQMS di Padang, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kota Padang berada di kategori sedang. Tercatat parameter kualitas udara di angka PM2,5 sejak tanggal 30 Agustus 2023.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang Mairizon mengatakan, jika melihat trend nilai ISPU untuk parameter PM10 dan PM2.5 (partikel debu ukuran 10 dan 2.5 mikrometer), terlihat sedikit peningkatan trend nilai ISPU sejak tanggal 1 Agustus 2023 dibandingkan tanggal 31 Agustus 2023.

"Hal ini berarti ada sedikit penurunan kualitas udara di Kota Padang khususnya terkait parameter partikulat atau debu," ucap Mairizon.

Menurut Mairizon, partikel debu ini dapat bersumber dari kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari kota tetangga. Kegiatan membakar sampah di rumah atau jerami di pertanian, dan kendaraan di jalan raya, menurut dia juga menjadi pemicu.

"Untuk mengatasi dampak mulai terjadinya penurunan kualitas udara sebaiknya masyarakat memakai masker," ujar Mairizon.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement