Selasa 05 Sep 2023 15:26 WIB

KTNA Optimistis Indonesia Bakal Jadi Lumbung Pangan pada 2045

Jagung bioteknologi ini dapat meningkatkan hasil sekitar 10-15 persen.

Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) optimistis Indonesia akan menjadi negara lumbung pangan pada 2045 mendatang.
Foto: Istimewa
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) optimistis Indonesia akan menjadi negara lumbung pangan pada 2045 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) optimistis Indonesia akan menjadi negara lumbung pangan pada 2045 mendatang. Mengingat, masih ada 23 tahun lagi untuk mewujudkan rencana tersebut. 

Untuk mendukung hal ini, Ketua KTNA Nasional Yadi Sofyan Noor, mengatakan sejumlah sentra pertanian jadi fokus perhatian seperti, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan. Tak hanya itu, petani Indonesia saat ini sudah dikenalkan dengan teknologi mulai dari teknik budi daya hingga pascapanen. 

Termasuk, pemanfataan benih unggul berkualitas dan juga benih bioteknologi. "Komponen-komponen ini yang membuat kita optimistis Indonesia bisa menjadi negara lumbung pangan di kemudian hari," ujarnya.

Di sisi lain, tantangan yang mesti dihadapi dunia pertanian juga semakin besar. Saat ini, perubahan iklim semakin nyata. Mulai dari siklus musim yang berubah hingga kemunculan berbagai penyakit yang membuat tanaman pangan kurang optimal berproduksi. Kondisi ini bisa mempengaruhi sektor pertanian menjadi sulit berkembang.

Karena itu, para ilmuwan terus berupaya menciptakan berbagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia, di tengah ancaman krisis iklim tersebut. Salah satunya melalui intensifikasi pertanian termasuk pemanfaatan benih bioteknologi.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN, Tri Joko Santoso, mengatakan bioteknologi ini merupakan salah satu jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pertanian. "Kami, dari BRIN berupaya memanfaatkan bioteknologi yang tujuannya adalah untuk perakitan varietas unggul," ujarnya.

Salah satu varietas tanaman yang tengah diteliti oleh BRIN saat ini adalah bawang merah. Fokus penelitiannya pada akselerasi perakitan varietas unggul bawang merah berbasis bioteknologi menghadapi dampak perubahan iklim.

Bioteknologi ini ditujukan untuk perbaikan sifat tertentu. Misalnya tahan terhadap penyakit, produktivitas tinggi dan lainnya. Bioteknologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah marka molekuler sebagai alat untuk seleksi klon-klon bawang merah yang membawa sifat yang diinginkan. 

Tri Joko mengatakan varietas hasil seleksi molekuler ini nanti aman untuk dibudidayakan. Sehingga, petani bisa menggunakan varietas bawang merah yang sudah ada sentuhan bioteknologinya itu. “Bioteknologi aman dan sangat diperlukan, bukan hanya oleh petani, tetapi juga oleh peneliti atau pemulia dalam merakit varietas. Petani memanfaatkan varietas yang dihasilkan oleh peneliti atau pemulia,” kata dia.

Contoh lain keunggulan benih bioteknologi adalah benih jagung yang memiliki keunggulan ganda yaitu tahan penggerek batang dan juga herbisida. Dengan keunggulan ganda tersebut, varietas jagung ini akan membuat petani dapat menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen. 

Pasalnya, jagung bioteknologi ini dapat meningkatkan hasil sekitar 10-15 persen dibandingkan varietas sama yang non bioteknologi. Dengan begitu apabila ditanam secara luas dapat mendongkrak panen jagung dari rata-rata nasional sebesar 5,3 ton per hektare menjadi sekitar 7 ton per hektare.

Benih jagung bioteknologi telah digunakan oleh petani di sejumlah negara di dunia sejak tahun 1990-an. Di Indonesia, varietas jagung ini telah mendapatkan sertifikasi aman pangan, pakan, dan lingkungan oleh BPOM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

Keberadaan varietas jagung bioteknologi ini akan membuat akses petani Indonesia terhadap benih unggul akan sama dengan petani di luar negeri. Produktivitas jagung dan daya saing petani Indonesia selanjutnya diharapkan tak akan kalah dari petani negara lain. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement