REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perum Bulog meyakini program bantuan sosial (bansos) beras yang mulai digulirkan bulan ini dapat membantu menurunkan harga beras. Sebab, beras bansos yang menyasar 21,35 juta keluarga itu secara signifikan diyakini menurunkan permintaan terhadap pasar.
"Harapannya harga turun, kalau ada 21,3 juta keluarga penerima manfaat dapat beras 10 kg per bulan, berarti tekanan terhadap pasar berkurang," kata Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal saat dihubungi Republika, Selasa (5/9/2023).
Sesuai keputusan pemerintah, program bansos beras akan diadakan selama tiga bulan yang akan disalurkan mulai September hingga Oktober 2023. Setiap bulannya, setiap keluarga akan menerima beras sebanyak 10 kg selama tiga bulan.
Dengan kata lain, bansos beras setiap bulannya akan menggelontorkan 200 ribu ton atau 600 ribu ton dalam tiga bulan langsung kepada penerima secara gratis. Adapun program bansos ini menjadi kali kedua setelah digulirkan pertama pada bulan Maret-Mei lalu.
Bantuan yang diberi secara cuma-cuma itu, lanjut Awaluddin, juga akan sangat membantu meringankan pengeluaran masyarakat. "Bansos itu kan seperti operasi pasar, cuma gratis. Artinya ada sekian juta masyarakat yang tidak jadi ke pasar," katanya.
Pergerakan harga beras beberapa waktu terakhir terus meningkat hingga jauh melebihi patokan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Para pedagang pun khawatir terjadinya krisis harga beras yang semakin menyulitkan pedagang eceran maupun konsumen.
Sementara itu, mengutip statistik Panel Harga Badan Pangan Nasional, rata-rata harga beras medium di DKI Jakarta pada Selasa (5/9/2023) sudah tembus hingga Rp 11.480 per kilogram (kg) atau sekitar 5,3 persen lebih tinggi dari HET beras Zona I sebesar Rp 10.900 per kg.
Bulog belum menghitung seberapa besar dampak terhadap penurunan harga. Namun, Awaluddin meyakini, dengan akan menurunnya tingkat permintaan sedikit banyak akan berpengaruh pada laju kenaikan harga yang terjadi saat ini.