Selasa 05 Sep 2023 19:09 WIB

Abaikan Larangan, Hampir 300 Siswi Prancis Tetap Kenakan Abaya ke Sekolah

Siswi yang menolak mengganti abaya diberi surat yang ditujukan kepada wali murid.

 Siswa tiba di sekolah di Arles, Prancis selatan, Senin, 3 Mei 2021.
Foto: AP/Daniel Cole
Siswa tiba di sekolah di Arles, Prancis selatan, Senin, 3 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Sejumlah siswi di Prancis tetap mengenakan abaya pada hari pertama masuk sekolah, Senin (4/9/2023). Ada juga sekolah yang memutuskan memulangkan mereka karena tak mau mengganti abaya saat masuk kelas. 

Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal telah menetapkan larangan siswi mengenakan abaya di sekolah umum karena dianggap sebagai pakaian Muslim. Abaya merupakan pakaian panjang yang menutup pundak hingga kaki. 

Baca Juga

Namun, mengabaikan larangan mengenakan abaya, hampir 300 siswi datang ke sekolah mereka dengan berpakaian abaya. Demikian pernyataan Attal kepada BFM TV. 

‘’Sebagian besar dari mereka akhirnya setuju mengganti pakaiannya sedangkan 67 lainnya menolak dan diminta pulang,’’ kata Attal seperti dilansir Straits Times, Selasa (5/9/2023). Ia menyatakan, siswi yang menolak mengganti abaya diberi surat yang ditujukan kepada wali murid.  

Surat tersebut berbunyi,’’Sekulerisme bukanlah sebuah halangan tetapi pembebasan.’’ Jika mereka kembali lagi sekolah tetap mengenakan pakaian abaya, ujar Attal, maka akan ada pembicaraan dengan siswa serta keluarganya. 

Belum lama ini, pemerintah mengumumkan pelarangan penggunaan abaya di sekolah publik. Pemerintah beralasan, abaya yang dianggap sebagai pakaian Muslim, melanggar aturan pendidikan sekuler yang berlaku di Prancis. 

Sebelumnya, Prancis juga melarang siswi sekolah publik meggunakan jilbab. Kelompok sayap kanan menyambut aturan semacam itu. Namun, kelompok sayap kiri menganggap aturan semacam itu justru membelenggu kebebasan sipil. 

Pada Senin tengah malam, Presiden Emmanuel Macron membela kebijakan kontroversial itu. Lebih lanjut, ia menuding ada kelompok minoritas di Prancis membajak agama dan menentang nilai-nilai sekulerisme yang berlaku di negeri ini. 

Macron menyatakan, ini menyebabkan peristiwa buruk. Ia mencontohkan, tiga tahun lalu seorang buru bernama Samuel Paty tewas dibunuh karena menunjukkan karikatur Nabi Muhammad saat pelajaran pendidikan sipil. 

Sebuah asoiasi yang mewakili komunitas Muslim Prancis mengajukan mosi menentang pemerintah yang memberlakukan larangan bagi siswi mengenakan abaya. Mosi The Action for the Rights of Muslims rencananya dikaji pada Selasa waktu setempat. 

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement