Selasa 05 Sep 2023 22:16 WIB

Bom Tandan Sudah Menewaskan 300 Orang di Ukraina

CMC menyebutkan 2022 merupakan tahun mematikan.

Ukraina menerima bom tandan dari Amerika Serikat. Rusia pun mengatakan bisa menggunakan senjata yang sama.
Foto: AP
Ukraina menerima bom tandan dari Amerika Serikat. Rusia pun mengatakan bisa menggunakan senjata yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, AIN SHEEB – Bom tandan yang digunakan di perang Ukraina telah menyebabkan ratusan orang tewas dan terluka. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan korban bom tandan di Suriah. Baik Rusia maupun Ukraina menggunakan bom tandan di medan perang.

Cluster Munition Coalition (CMC) dalam laporan yang dirilis Selasa (5/9/2023) menyatakan, Rusia secara luas menggunakan bom tandan. Lebih dari 300 orang tewas dan 600 terluka di Ukraina akibat bom tandan pada 2022.

Baca Juga

Saat ditembakkan ke udara, bom tandan ini melepas bom-bom kecil yang menyebar secara luas (bomblets) ke target lokasi. Ukraina juga menggunakan bom tandan ini. AS bahkan mengirimkan bom jenis ini ke Ukraina. 

Maka, akibat penggunaan bom tandan, CMC, lembaga nirlaba yang mendorong pelarangan penggunaan bom tandan, menyebut 2022 sebagai tahun mematikan.

Menurut kantor jaksa penuntut umum Ukraina, serangan paling mematikan di Ukraina adalah pengeboman terhadap stasiun kereta api di Kramatorsk. ‘’Insiden ini menyebabkan kematian 53 orang dan mengakibatkan 135 orang lainnya terluka.’’ 

Di Suriah dan negara lain di Timur Tengah yang berperang, meski pertempuran sudah menurun, bom-bom tandan yang saat pertempuran tidak meledak terus memakan korban jiwa setiap tahunnya. .

Di Suriah, pada 2022 sebanyak 15 orang tewas dan 75 terluka akibat bom tandan saat terjadi serangan atau setelah serangan. Pada tahun yang sama, di Irak yang tak ada lagi pertempuran terdapat 15 orang tewas dan 25 lainnya terluka. 

Sedangkan di Yaman, yang dilaporkan pula tak ada serangan baru, lima orang kehilangan nyawa dan 90 lainnya mengalami luka akibat ledakan bom tandan. Secara global, mayoritas korban bom tandan adalah anak-anak. 

Sebab, bomblets berbentuk logam bulat. Anak-anak sering mengambil dan dijadikan mainan tanpa mengetahui apa sebenarnya benda tersebut. Di antara korbannya adalah anak berusia 12 tahun, Rawaa al-Hassan dan adik perempuannya yang berusia 10 tahun, Doaa. 

Mereka tinggal di sebuah kamp dekat Desa Ain Sheeb, Provinsi Idlib bagian utara Suriah. Menuru ibu mereka, pada Ramadhan tahun lalu, dua kakak beradik itu pulang dari sekolah. Mereka memungut bomblet yang belum meledak, dikiranya itu serpihan logam yang bisa dijual. 

Namun kemudian bomblets itu meledak. ‘’Rawaa kehilangan matanya sedangkan Doaa kehilangan satu tangannya,’’ kata Wafaa. Tragisnya, ayah mereka meninggal delapan bulan lalu ketika menginjak bomblets saat mengumpulkan kayu bakar. .

‘’Dua gadis ini, secara psikologis dalam kondisi memprihatinkan setelah dua kejadian tragis tersebut,’’ kata paman mereka, Hatem al-Hassan, yang kini menjaga mereka dan ibunya.

Sebanyak 124 negara bergabung mendukung konvensi PBB yang melarang bom tandan. AS, Rusia, Ukraina, dan Suriah termasuk negara yang tak tergabung di dalamnya. Kematian dan luka terus terjadi selama beberapa dekade setelah perang berakhir. 

Termasuk di Laos dan Vietnam di mana orang kehilangan nyawa akibat bom yang belum meledak saat perang antara AS dan Vietnam. Diperkirakan masih terdapat jutaan bomblets yang belum meledakn di sana dan membahayakan warga sipil. 

Alex Hiniker, pakar independen di Forum on the Arms Trade, menuturkan, korban di dunia turun sebelum terjadinya aksi massa di Suriah pada 2011 yang berubah menjadi perang sipil. ‘’Kontaminasi dibersihkan, stok dihancurkn.’’

Namun, menurut Hiniker kemajuan itu berbalik secara drastis pada 2012 ketika Pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia mulai menggunakan bom tandan melawan pasukan oposisi. Angka korban menurun seiring perang Suriah mereda. 

Meski demikian, perang Ukraina pada Februari 2022 menyebabkan naiknya kembali korban akibat bom tandan. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement