REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video penyelamatan seorang ibu yang diduga ingin bunuh bersama buah hatinya menjadi perbincangan hangat di media sosial. Ibu tersebut diduga mengalami baby blues syndrome dan ingin mengakhiri hidupnya di stasiun commuter line Pasar Minggu, Jakarta.
Bunuh diri memang masih menjadi salah serius di Indonesia. Sebagai upaya pencegahan, berikut beberapa tanda bunuh diri dan cara menolongnya menurut para ahli kesehatan mental:
1. Alami perubahan perilaku yang drastis
Psikolog di Fakultas Kedokteran University of Arizona, Joel A Dvoskin, mengatakan setiap perubahan perilaku yang signifikan dan tidak dapat dijelaskan setidaknya harus menjadi alasan untuk diselidiki. Perubahan negatif yang signifikan sangat mengkhawatirkan, meskipun perubahan perilaku tidak berarti seseorang akan bunuh diri.
“Ketika seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang menunjukkan atau menyiratkan niat untuk melukai dirinya sendiri atau orang lain, coba bujuk dan dekati mereka, ajukan pertanyaan yang empati,” kata Dvoskin seperti dilansir Reader Digest, Selasa (5/9/2023).
2. Menarik diri dari teman atau kegiatan sosial
Memilih untuk menyendiri dan menghindari teman atau kegiatan sosial dapat menjadi gejala depresi. Tanda-tanda yang menunjukkan hilangnya minat pada kegiatan yang sebelumnya dinikmati orang tersebut patut dicurigai.
“Orang dewasa yang menarik diri dari kegiatan sosial, kegiatan keluarga, bahkan pergi keluar setelah bekerja bisa menjadi pertanda bahwa ada sesuatu yang terjadi. Menarik diri menunjukkan bahwa orang tersebut sedang berjuang dengan pikiran dan emosinya,” kata Direktur Eksekutif SAVE (Suicide Awareness Voices of Education), Daniel J Reidenberg.
3. Kehilangan minat pada penampilan pribadi
Seseorang yang sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri mungkin tiba-tiba menjadi kurang peduli dengan penampilannya dan mengabaikan kebersihan diri. Menurut Dr Reidenberg, mereka lebih fokus pada kelangsungan hidup daripada penampilan mereka.
"Mereka tidak akan memprioritaskan penampilan. Mereka juga tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain tentang mereka. Mereka terlalu sedih dan terlalu lelah untuk peduli dengan penampilan mereka," kata dia.
4. Tidak punya minat untuk melakukan hal yang sebelumnya disukai
Ketika seseorang mengalami depresi, tidak ada yang terasa menyenangkan atau menarik. Semuanya terasa sulit, melelahkan, dan terasa hambar. Bahkan untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya disukai dia tidak memiliki minat lagi.
“Aktivitas-aktivitas tersebut terasa tidak ada gunanya. Mereka juga tidak memiliki energi untuk mencoba, dan mereka tidak lagi menemukan kesenangan di dalamnya,” kata psikolog dari The Great Course, Eileen Kennedy-Moore.
5. Alami perubahan suasana hati yang ekstrem
Kemurungan yang berlebihan dapat menjadi gejala depresi dan salah satu tanda peringatan bunuh diri yang harus diwaspadai. Individu yang depresi dapat berubah dari kesedihan yang ekstrem, menjadi mudah marah, hingga kemarahan yang intens. “Perubahan suasana hati ini mungkin juga di luar karakter. Orang tersebut mungkin terlihat dan terdengar berbeda,” kata psikolog Kevin Gilliland.
Perubahan suasana hati dapat menjadi tanda bahwa mereka tidak stabil secara emosional dan psikologis. Jika hal ini berlangsung terlalu lama dan tanpa pengobatan, mereka dapat mengarah pada perilaku impulsif yang berisiko.
6. Sedang menghadapi masalah berat atau kehilangan
Banyak orang yang mencoba bunuh diri karena merespons masalah kehidupan nyata yang tampaknya tidak dapat diatasi. Penghinaan sosial, masalah keluarga, atau kehilangan sesuatu yang sangat berarti, sering kali merangsang seseorang untuk percobaan bunuh diri.
7. Mengancam akan bunuh diri
Tidak semua orang yang mempertimbangkan untuk bunuh diri akan mengatakannya dengan lantang. Tidak semua orang yang mengancam bunuh diri akan menindaklanjutinya. Namun, banyak orang yang melakukan bunuh diri, memiliki riwayat perilaku yang mengindikasikan ancaman melukai diri sendiri.
“Setiap ancaman bunuh diri harus ditanggapi dengan serius, bahkan ancaman yang tampaknya tidak berbahaya, dibesar-besarkan, atau terlalu dramatis,” kata Psikiater dari AS, Elizabeth Berger.