Rabu 06 Sep 2023 06:38 WIB

Bunuh Diri karena Depresi, Bagaimana Islam Melihatnya?

Bunuh diri merupakan tindakan yang diharamkan dan tergolong dosa besar dalam Islam.

Rep: Adysha Citra Ramadhani / Red: Qommarria Rostanti
Bunuh diri (ilustrasi). Bunuh diri akubat depresi, bagaima pandangan Islam?
Foto: Foto : MgRol_93
Bunuh diri (ilustrasi). Bunuh diri akubat depresi, bagaima pandangan Islam?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bunuh diri merupakan salah satu dosa besar dalam Islam. Namun tak jarang, orang-orang melakukan bunuh diri karena mengidap gangguan kesehatan mental seperti depresi.

Bila seseorang bunuh diri karena depresi yang tak terkendali, bagaimana hukumnya dalam Islam? Secara umum, bunuh diri merupakan tindakan yang diharamkan dan tergolong sebagai dosa besar di dalam Islam.

Baca Juga

Orang-orang yang melakukan bunuh diri akan diganjar dengan hukuman di neraka Jahannam. Di neraka, orang tersebut akan disiksa dengan alat atau cara yang dia gunakan untuk bunuh diri.

"Barang siapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengan benda tersebut di neraka Jahannam," seperti dikutip dari Hadits Riwayat Al Bukhari (6105) dan Muslim (110), seperti dikutip dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Selasa (5/9/2023).

Syekh Abdul Rahim Reasat mengungkapkan, beberapa orang menafsirkan bahwa orang yang bunuh diri akan mendapatkan hukuman di neraka selamanya. Hal ini didasarkan pada kata "khalidan" dalam hadits riwayat Abu Hurairah yang menyatakan bahwa orang yang bunuh diri akan mendapatkan siksaan di neraka Jahannam selamanya.

"Akan tetapi, kata (khalidan) ini, bila berdiri sendiri, hanya berarti waktu yang panjang dan bukan permanen. Jadi, bukan berarti bahwa orang yang melakukan bunuh diri akan kekal di neraka selamanya," jelas Syekh Reasat, seperti dilansir SeekersGuidance.

Terkait penyebab bunuh diri, ada banyak faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tragis tersebut. Salah satu di antaranya adalah rasa takut yang besar terhadap sesuatu, seperti masalah finansial, kegagalan akademik, kehilangan pekerjaan, perundungan, atau putus cinta.

Faktor lain yang bisa mendorong orang-orang untuk bunuh diri adalah hilang harapan, penyalahgunaan narkotika dan alkohol, hingga rasa putus asa karena mengidap penyakit kronis yang tak bisa diobati. Tak jarang, orang melakukan bunuh diri karena mengidap depresi yang berat dan tak bisa terkontrol.

Depresi atau gangguan depresi mayor merupakan masalah gangguan kesehatan mental serius yang ditandai dengan penurunan suasana hati dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang semula disukai. Kondisi ini umumnya berlangsung selama minimal dua pekan.

Berbeda dengan kesedihan atau kemuraman biasa, depresi dapat membuat penderitanya sulit untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Depresi juga dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya, mulai dari hubungan sosial, pendidikan, hingga pekerjaan.

Depresi yang berat dan tak terkendali dapat mendorong penderitanya untuk melakukan bunuh diri. Menurut American Association of Suicidology, penderita depresi memiliki risiko 25 kali lipat lebih besar untuk bunuh diri dibandingkan populasi umum.

Selain itu, American Association of Suicidology mengungkapkan bahwa sekitar dua pertiga orang yang melakukan bunuh diri mengidap depresi. Menurut Organisasi Kesehatan  Dunia (WHO), ada lebih dari 700 ribu orang di dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun.

"Setiap kasus bunuh diri merupakan tragedi yang akan memberikan dampak pada keluarga, komunitas, dan seluruh negeri," pungkas WHO melalui laman resminya.

Meski bunuh diri merupakan dosa besar dalam Islam, para cendekiawan Islam yang disupervisi oleh Syekh Muhammad Saalih Al Munajjid dalam Islam Q&A menilai akan ada pengecualian untuk orang-orang yang mengidap gangguan kesehatan mental seperti depresi. Umat Muslim yang melakukan bunuh diri karena mengidap gangguan kesehatan mental tidak akan ditempatkan pada posisi yang sama dengan pelaku bunuh diri lainnya.

"Dia (yang bunuh diri karena mengidap gangguan kejiwaan) akan dimaafkan, karena dia tak lagi dapat dimintai pertanggung jawaban akibat penyakit kejiwaan berat yang membuatnya kehilangan akal sehat," jelas Islam Q&A, seperti dikutip oleh Republika.co.id melalui laman resminya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sayyid Mohammad Al Musawi. Menurut Sayyid Al Musawi, depresi memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda. Sebagian kasus depresi bisa dikelola dan dikendalikan melalui beragam upaya, seperti menjalani terapi dan mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, ada pula kasus depresi yang berat dan sulit untuk dikendalikan. Sayyid Al Musawi mengatakan, depresi yang tak terkontrol bisa dipandang sama seperti penyakit-penyakit lain yang tak dapat dikontrol atau disembuhkan.

"Bila seseorang kehilangan kontrol dan akalnya, maka dia akan dianggap berperilaku di luar akal sehatnya," kata Sayyid Al Musawi.

Sayyid Al Musawi mengungkapkan bahwa Allah maha mengetahui kondisi setiap hambanya. Hanya Allah yang dapat menghakimi manusia dan manusia tidak berhak untuk menghakimi sesama.

"Kita hanya dapat mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang depresi dan mendoakan pengampunan bagi mereka (penderita depresi) yang telah meninggal," ujar Sayyid Al Musawi, seperti dilansir Al Islam

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement