REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, melakukan pembicaraan telepon Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terpisah pada Selasa (5/9/2023). Departemen Luar Negeri AS mengatakan, selama panggilan telepon dengan Abbas, Blinken menyatakan kekhawatiran Washington terhadap kekerasan yang sedang berlangsung di Tepi Barat.
"(Blinken) menegaskan kembali dukungan AS terhadap langkah-langkah untuk memajukan kebebasan dan keamanan serta meningkatkan kualitas hidup rakyat Palestina,” ujar peryataan Departemen Luar Negeri AS, dilaporkan Al Arabiya.
Abbas dan Blinken juga membahas dukungan terhadap solusi dua negara dan penolakan terhadap tindakan yang membahayakan kelangsungan solusi tersebut. Pernyataan ini adalah referensi tidak langsung terhadap pemukiman ilegal Israel di wilayah pendudukan Palestina.
Sementara itu kepada Netanyahu, Blinken menegaskan kembali kekuatan hubungan bilateral dan komitmen AS terhadap keamanan Israel. Blinken dan Netanyahu membahas perluasan integrasi regional Israel dan melawan ancaman yang ditimbulkan oleh Iran.
Departemen Luar Negeri mengatakan, Blinken juga meningkatkan dukungan AS terhadap kebijakan yang menjamin kebebasan, keamanan, dan kemakmuran bagi Israel dan Palestina. Penasihat senior Presiden AS Joe Biden untuk Timur Tengah, Brett McGurk, akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk bertemu dengan para pejabat senior Palestina. Mereka akan membahas peran Palestina dalam kemungkinan perjanjian normalisasi antara Saudi dan Israel yang disponsori AS.
Axios yang mengutip sumber Amerika yang mengatakan, pemerintahan Biden berharap dapat mencapai pemahaman yang realistis dengan Palestina. Sumber itu menyatakan, McGurk akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hussein Al-Sheikh, Kepala Intelijen Palestina, Majed Faraj dan penasihat diplomatik Majdi Al-Khalidi.
McGurk akan didampingi oleh diplomat senior Departemen Luar Negeri untuk Timur Tengah, Barbara Leaf, yang bertemu dengan para pejabat Otoritas Palestina di Amman pekan lalu. Salah satu sumber Palestina menggambarkan pertemuan antara Leaf dan pejabat Otoritas Palestina berlangsung cukup menegangkan.
Dalam pertemuan pekan lalu, para pejabat Palestina mengatakan kepada Leaf, mereka ingin PBB mengakui Palestina sebagai negara anggota penuh. “Leaf menanggapinya dengan memperjelas bahwa pengakuan PBB tidak diharapkan, sehingga mengecewakan para pejabat Otoritas Palestina,” ujar situs web Axios yang berbasis di AS.
Selama berbulan-bulan, Washington telah memimpin upaya untuk mencapai kesepakatan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel. Namun upaya tersebut belum tercapai. Arab Saudi telah menawarkan normalisasi hubungan dengan Israel sejak 2002 berdasarkan Rencana Perdamaian Arab, yang menyerukan negara Palestina merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sebagai imbalan atas normalisasi hubungan diplomatik tersebut, Arab Saudi menginginkan jaminan keamanan dari AS, termasuk bantuan dalam mengembangkan program nuklir sipil, dan pelonggaran pembatasan terhadap penjualan senjata AS.