Rabu 06 Sep 2023 14:21 WIB

Gaya Hidup Glamor Apakah termasuk Israf?

Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
 Gaya Hidup Glamor Apakah termasuk Israf? Foto:  Kemewahan (ilustrasi).
Foto: Dailymail
Gaya Hidup Glamor Apakah termasuk Israf? Foto: Kemewahan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Viral seorang wanita memaki seorang karyawan magang di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Probolinggo. Terkonfirmasi bahwa wanita ini merupakan seorang anggota Bhayangkari dan hidup glamor.

Pakar Tafsir Alquran, KH Ahsin Sakho menuturkan, bahwa gaya hidup glamor, berlebih-lebihan, atau menghambur-hamburkan kekayaan bukan di jalan Allah disebut juga Israf. Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Baca Juga

Kiai Ahsin menjelaskan, seseorang yang membeli mobil karena kebutuhan akan berbeda dengan seseorang yang membeli mobil karena gaya hidup yang konsumtif atau bahkan untuk pamer belaka. Ditambah lagi jika gaya hidupnya tidak sesuai dengan pemasukan mereka, maka sangat jelas hal tersebut dikecam dalam Alquran.

“Kalau pemasukan tidak memadai tapi dia ingin hidup glamor, itu yang dikecam alquran, itu namanya mutrofin, orang yang glamor, yang berlebihan dalam memenuhi kebutuhan personal, itu tidak boleh,” kata Ahsin dalam sambungan telepon, Rabu (6/9/2023).

Sebagaimana telah Allah peringatkan dalam Quran Surat Al Isra ayat 16, kalau seandainya Allah ingin mengazab suatu kaum maka Allah akan memperbanyak orang-orang yang mutrof, orang-orang yang glamor itu. Karena, kata kiai Ahsin, orang-orang yang memiliki kehidupan glamor ini cenderung untuk melakukan perbuatan kemaksyiatan.

“Kalau sudah perbuatan kemaksiatan itu diobral di hadapan masyarakat, minum-minuman, dansa, maka barulah Allah memberikan pelajaran yang tegas pada mereka-mereka itu,” kata kiai Ahsin.

Kiai Ahsin menambahkan, bahwa ketika manusia diberikan rezeki lebih oleh Allah, lalu menggunakan kekayaannya untuk beribadah kepada Allah dan bukan untuk kemaksyiatan, tentu saja ini tidak bisa disebut israf. Contohnya adalah Nabi Daud dan juga sahabat Abu Bakar yang memberikan seluruh hartanya untuk dakwa islamiyah.

“Tapi kalau dia kaya dan menggunakan kekayaan itu untuk ketaatan kepada Allah swt, ya tidak apa-apa. Nabi Daud kaya raya, Nabi Daud itu sebaik-baiknya hambah Allah. Jadi bisa kelihatan kalau mutrofin menghamburkan hartanya untuk sesuatu yang tidak diridhoi Allah, itu namanya tabzir, isrof, di dalam alquran namanya mutrofin,” jelas Kiai Ahsin.

“Jadi yang penting orang itu jangan sampai melebihi batas daripada kehidupan (kemampuannya) yang layak, untuk dihambur-hamburkan dalam rangka kemaksyiatan,” kata Kiai Ahsin.

“Jadi pada dasarnya Allah swt memberikan rezeki pada setiap orang itu sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, kalau seandainya orang itu sudah mulai kaya maka itu harus waspada, jangan sampai kekayaan itu membawa dia menuju kemaksyiatan. Jadi isrof itu berlebih-lebihan di dalam membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak bagus, tapi seandainya orang itu menyerahkan harta bendanya untuk fakir miskin seperti Abu Bakar yang menyerahkan semua harta bendanya untuk Nabi saw untuk dakwah islamiyah,” terang Kiai Ahsin.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement