Rabu 06 Sep 2023 17:25 WIB

DLH DKI Klaim Kualitas Udara di Jakarta Membaik

Wakil Kepala DLH DKI mengeklaim kualitas udara di Jakarta sudah membaik.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas menyemprotkan air ke udara di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023). Wakil Kepala DLH DKI mengeklaim kualitas udara di Jakarta sudah membaik.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas menyemprotkan air ke udara di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023). Wakil Kepala DLH DKI mengeklaim kualitas udara di Jakarta sudah membaik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan situs IQAir hari ini (6/9/2023) kualitas udara di DKI Jakarta masih masuk dalam kategori tidak sehat. Namun Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Sarjoko mengeklaim, kualitas udara di DKI Jakarta justru sudah membaik. 

"Sesuai hasil pengukuran pada Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang dimiliki Pemprov DKI, secara umum kondisi udara di DKI Jakarta membaik," kata Sarjoko saat dihubungi Republika pada Rabu (6/9/2023).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan hal ini terjadi karena upaya bersama semua pihak baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemprov DKI untuk meningkatnya kesadaran warga dalam rangka menjaga kualitas udara. 

"Salah satunya pengendalian terhadap sumber emisi baik yang bergerak (transportasi)  ataupun sumber tidak bergerak (industri)," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Pengkampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Abdul Ghofar mengatakan kondisi polusi udara di DKI Jakarta saat ini masih belum membaik. Hal ini berdasarkan data di indeks kualitas udara (air quality index/AQI).

"Kategori berdasarkan Air Quality Index masih stagnan pada level tidak sehat berdasarkan parameter WHO. Setidaknya melihat AQI hari ini juga masih berada pada angka sekitar 150 sampai 170," kata Abdul saat dihubungi Republika pada Rabu (6/9/2023).

Kemudian, ia menyarankan jika ingin benar-benar ingin menuntaskan polusi udara di DKI Jakarta, Pemprov DKI maupun Pemerintah Pusat harus menutup banyak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

"Ke depan harus makin banyak PLTU yang ditutup seiring dengan komitmen pemerintah pada program transisi energi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement