Kamis 07 Sep 2023 20:37 WIB

Haedar: Mestinya tak Ada Lagi Pemisahan Nasionalis dan Agama pada Pemilu 2024

Sudah semestinya para tokoh mengintegrasikan antara sikap nasionalis dan agamis.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjadi pembicara dalam kuliah umum di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) dengan tema Keislaman dan Kebangsaan 'Suksesi Kepemimpinan Nasional: Mencari Pemimpin yang Nasionalis dan Agamis'. Menurutnya seharusnya tidak ada lagi dikotomi antara nasionalis dan agama dalam Pemilu 2024 mendatang. 

"Mestinya sudah selesai kita soal nasionalisme dan agama. Jadi para tokoh tidak perlu mengkonfrontasikan sendiri dan juga warga bangsa antara nasionalisme dan agama, antara sikap dan kecenderungan nasionalis dan agamis," kata Haedar, di FH UII, Kamis (7/9/2023).

 

Haedar mengatakan para tokoh harus menghayati keduanya. Menurutnya sudah semestinya para tokoh mengintegrasikan antara sikap nasionalis dan agamis. 

 

"Ke depan siapa pun yang terpilih baik di eksekutif maupun legislatif harapan kita dengan semangat keislaman kebangsaan tidak ada lagi ada dikotomi apalagi menciptakan posisi diametral antara agama dan nasionalis. Justru yang paling penting adalah bagaimana mengintegrasikan keagamaan keislaman dan nasionalisme sekaligus juga memberi makna subtantif pada nilai keislaman dan kenegarawanan atau kebangsaan," ucapnya. 

 

Indonesia diketahui telah melangsungkan pemilu sebanyak lima kali. Menurutnya pemilu kali ini mestinya masyarakat menjadi lebih dewasa, matang, dan cerdas. Ksrena itu ia pun mengimbau agar masyarakat tidak perlu lagi gontok-gontokan hingga menggelorakan permusuhan dan kebencian satu sama lain.

 

"Apa tidak cukup lima kali pemilu untuk membuat kita dewasa? Terlalu mahal harganya kalau pemilu mengorbankan persatuan, mengorbankan daya nalar kita, mengorbankan kepentingan-kepentingan besar apalagi mengorbankan nilai kebangsaan yang dasarnya ada pada Pancasila. Maka yang diperlukan pertama suksesi kepemimpinan nasional itu dasar konstitusi dan aturan yang tetap kita pakai rujukan," ungkapnya.

 

Haedar berpesan agar Pemilu 2024 dilakukan dengan luber jurdil, beretika, bermartabat dan tetap menjunjung tinggi kebersamaan di atas keberbedaan pilihan politik. Bagi yang menang, Haedar berpesan agar mereka tidak jumawa.

 

"Karena di depan pemenang itu ada tanggung jawab berat untuk membawa Indonesia pada cita-cita menjadi negara yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur," kata dia. 

 

Sedangkan kepada yang kalah Haedar mengimbau untuk tidak perlu larut dalam kekecewaan. Sebab menurutnya dalam proses demokrasi di indonesia saat ini tidak ada pertarungan ideologi. 

 

"Pada umumnya semuanya who get what and how. Siapa cari apa dapat apa bagaimana caranya. Orang mengatakan hanya soal tukar tambah saja. Tapi saya yakin ada idealisme. Idealismenya apa? Tentu para elite yang berkontestasi itu ingin mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan apa yang ada dalam konstitusi. Kita bawa justru agar itu bisa dibuktikan dalam realitas politik," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement