REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kebutuhan daging sapi yang tinggi membuat pemerintah membuka peluang keran impor daging dari berbagai sumber, salah satunya Australia. Hanya saja, kata Syahrul dukungan budi daya jauh lebih penting dan ini yang dinanti oleh pemerintah Indonesia.
"Kita buka peluang dengan siapa saja. Tapi kita butuhnya bantuan investasi untuk budidaya. Biar kita gak beli terus aja," kata Syahrul di Media Centre KTT ASEAN, Kamis (7/9/2023).
Dalam setahun, Indonesia impor hingga 300 ribu ton daging sapi atau setara 1,7 juta ekor sapi setahun, untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.
Ia memaparkan, kebutuhan konsumsi sapi di Indonesia mencapai 700 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi sapi dalam negeri hanya sebesar 400 ribu ton. Dengan demikian, maka ada selisih 300 ribu ton yang perlu disiapkan dengan cara mengimpor.
Berdasarkan data dari United Nations Comtrade, total volume impor daging sapi Indonesia menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Volume impor daging sapi Indonesia pada 2017 mencapai 115,8 ribu ton, kemudian meningkat 38,8 persen menjadi 160,7 ribu ton pada 2018.
Bantuan sapi
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan bantuan 100 ekor sapi kepada kelompok peternak di wilayah ini dalam rangka meningkatkan populasi sapi dan ketahanan pangan.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo Trenggono di Kulon Progo, Kamis, mengatakan petugas kesehatan hewan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyeleksi terhadap 100 ekor lebih sapi Peranakan Ongole di Gletak, Kalurahan/Desa Kedungsari.
"Kami menyeleksi sapi yang akan diberikan kepada kelompok ternak di Kulon Progo. Petugas menyeleksi sapi unggulan yang standar sebelum dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan," kata Trenggono.
Ia mengatakan dalam seleksi tersebut, petugas melakukan seleksi dengan mengukur tinggi badan, panjang badan, hingga kesehatan reproduksi dari sapi-sapi tersebut.
"Jangan sampai, sapi-sapi tersebut ternyata mandul atau mengalami gangguan reproduksi, sehingga akan merugikan masyarakat yang menerima bantuan," katanya.
Lebih lanjut, Trenggono mengatakan petugas DPP Kulon Progo juga ikut melalukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak.
Sapi yang lolos seleksi, dilakukan pengambilan sampel darah. Pengambilan sampel darah ini diperbantukan oleh petugas dari Puskeswan Kokap. Pengambilan sampel darah dilakukan di vena jugularis atau vena coccygea.
Selanjutnya, sampel darah ini akan diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi penyakit antraks, Brucellosis, dan penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Jangan sampai, sapi yang akan didistribusikan ini, justru mengidap penyakit dan dapat menularkan penyakit di daerah tujuan," kata Trenggono.
Selain itu, petugas Puskeswan Pengasih juga menjalankan program vaksinasi PMK untuk vaksin pertama dan vaksin ulangan. Selain diberikan kepada sapi yang diseleksi, program vaksinasi juga menyasar ke masyarakat di sekitar daerah tempat seleksi. Kegiatan ini turut dibantu oleh petugas dari Bidang Kesehatan Hewan.
"Harapannya, semua sapi yang lolos seleksi ini adalah sapi yang sehat, tidak mandul atau tidak ada gangguan reproduksi, dan tidak mengandung penyakit menular yang berbahaya," katanya.