Jumat 08 Sep 2023 14:17 WIB

Ini Dia Galaksi yang Membuat Astronom Terkagum-kagum

Para astronom menamai gugus tersebut Ho’oleilana.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Susunan galaksi dalam gelembung raksasa telah ditemukan tidak jauh dari Bima Sakti. Para astronom yakin itu mungkin peninggalan alam semesta awal.   (ilustrasi)
Foto: www.wikimedia.org
Susunan galaksi dalam gelembung raksasa telah ditemukan tidak jauh dari Bima Sakti. Para astronom yakin itu mungkin peninggalan alam semesta awal. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Susunan galaksi dalam gelembung raksasa telah ditemukan tidak jauh dari Bima Sakti. Para astronom yakin itu mungkin peninggalan alam semesta awal. 

Dilansir Sciencealert, Jumat (8/9/2023), para astronom menamai gugus tersebut Ho’oleilana, sebuah nama Hawaii yang terinspirasi dari nyanyian Kumulipo, yang menceritakan tentang penciptaan struktur di alam semesta. 

Baca Juga

Karakteristik gugus tersebut menunjukkan bahwa gugus tersebut adalah sesuatu yang dikenal sebagai baryon akustik osilasi (BAO), gelombang akustik fosil yang merambat melalui alam semesta awal sebelum membeku di tempatnya.

Osilasi seperti ini dapat ditemukan di seluruh alam semesta. Namun, pada jarak hanya 820 juta tahun cahaya dari Bima Sakti, Ho’oleilana membuat para astronom terkesima. “Kami tidak mencarinya. Saking besarnya, ia tumpah ke tepi sektor langit yang kami analisis,” kata astronom Brent Tully dari University of Hawai’i. 

Sebagai peningkatan dalam kepadatan galaksi, Tully mengatakan, ini merupakan fitur yang jauh lebih kuat dari yang diharapkan. Diameter yang sangat besar yaitu satu miliar tahun cahaya berada di luar ekspektasi teoritis. 

“Jika pembentukan dan evolusinya sesuai dengan teori, BAO ini lebih dekat dari yang diperkirakan, menyiratkan nilai yang tinggi untuk laju ekspansi alam semesta,” ujar Tully. 

Penemuan tersebut berasal dari katalog yang disusun oleh Tully dan rekan-rakannya yang diberi nama Cosmicflows-4. Para peneliti mengukur jarak ke 55.877 galaksi di sektor langit tertentu, menggunakan delapan metodologi berbeda untuk mendapatkan peta paling akurat. Hanya ketika Anda dapat mengetahui seberapa jauh galaksi-galaksi tersebut, pola kepadatannya mulai menyatu. 

Peneliti memiliki cara melihat pola yang sangat spesifik dan sangat familiar. Ini berupa sebuah cincin, berukuran sekitar satu miliar tahun cahaya, di mana galaksi-galaksi tampak berkelompok lebih padat, dengan gugus galaksi padat di tengahnya.  

Ketika masih sangat baru, alam semesta dipenuhi dengan plasma panas dan padat yang berperilaku seperti cairan. Perang antara tarikan gravitasi ke dalam melawan tekanan radiasi ke luar menghasilkan gelombang akustik berbentuk bola yang merambat melalui plasma. 

Saat alam semesta mencapai usia sekitar 380.000 tahun, kondisinya cukup dingin sehingga atom-atom dapat terbentuk dari partikel-partikel yang telah terpental. Riak luar gelombang akustik berhenti dan menjadi beku sebagai daerah dengan kepadatan lebih tinggi dalam materi yang terbentuk, dengan radius sekitar 150 megaparsec, atau sekitar 490 juta tahun cahaya. Itu sebenarnya bukan cincin, tapi bola. Namun, bagi kita, mereka terlihat seperti cincin karena sudut pandangnya.

Struktur ini berguna karena berbagai alasan. Misalnya, mereka dapat membantu kita mengukur jarak kosmik, karena kita tahu persis seberapa besar jaraknya. Mereka juga dapat membantu kita melacak perluasan alam semesta. Tapi kita hanya bisa menemukannya jika kita bisa mengidentifikasi bagaimana galaksi-galaksi berkumpul bersama.

“Saya adalah kartografer kelompok tersebut, dan memetakan Hoʻoleilana dalam tiga dimensi membantu kita memahami konten dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya,” kata kosmografi Daniel Pomarede dari CEA Paris-Saclay University di Prancis.

Menurut Pomarede, merupakan proses yang luar biasa untuk membuat peta ini dan melihat bagaimana struktur cangkang raksasa Ho’oleilana terdiri dari unsur-unsur yang diidentifikasi di masa lalu sebagai salah satu struktur terbesar di alam semesta. Beberapa struktur yang merupakan bagian dari Ho’oleilana termasuk Boötes Void, sebuah galaksi berbentuk bola dengan kepadatan rendah dengan diameter 400 juta tahun cahaya; Tembok Besar Coma dan Tembok Besar Sloan merupakan bagian dari cangkang; dan Supercluster Boötes hampir mati di tengah-tengah gelembung.

Karena gelembung tersebut lebih besar dari perkiraan BAO, penemuan Hoʻoleilana menunjukkan bahwa alam semesta mungkin mengembang lebih cepat dari yang kita duga. Perkiraan umumnya berkisar antara 67 dan 74 kilometer per detik per megaparsec; Hoʻoleilana menyiratkan tingkat ekspansi 76,9 kilometer per detik per megaparsec. Para peneliti mengatakan pengamatan dan analisis lebih lanjut diperlukan untuk mencoba mengungkap kerumitan yang menarik ini. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement