Jumat 08 Sep 2023 13:25 WIB

Waduh, Merasa Insecure Saat Kerja Bisa Picu Kematian Dini

Ketidakamanan kerja dapat meningkatkan risiko kematian dini.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa job insecurity dapat memicu risiko kematian dini yang lebih tinggi./ilustrasi
Foto: Mgrol101
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa job insecurity dapat memicu risiko kematian dini yang lebih tinggi./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa job insecurity dapat memicu risiko kematian dini yang lebih tinggi. Job insecurity diartikan sebagai ketidakamanan dalam pekerjaan, bisa berupa kontrak kerja yang pendek, gaji rendah, hingga terlalu lama menganggur, yang kemudian menimbulkan stres serta kecemasan.

Pada saat job insecurity meningkat di banyak negara, sebuah tim peneliti berinisiatif untuk menyelidiki dampak dari kondisi-kondisi yang tidak menentu ini terhadap risiko kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Karolinska Institutet di Swedia ini didasarkan pada data registrasi dari lebih dari 250 ribu pekerja Swedia yang berusia antara 20 dan 55 tahun, yang dikumpulkan antara tahun 2005 dan 2017.

Baca Juga

Mereka semua pernah mengalami kondisi kerja yang tidak aman, sebelum akhirnya mendapatkan kondisi kerja yang lebih stabil. Diterbitkan dalam Journal of Epidemiology and Community Health, temuan para peneliti menunjukkan bahwa ketidakamanan kerja dapat meningkatkan risiko kematian dini.

"Ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa perubahan pekerjaan yang tidak menentu ke pekerjaan yang aman, dapat mengurangi risiko kematian. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa risiko kematian dini akan lebih tinggi jika seseorang tetap bekerja tanpa kontrak kerja yang aman," kata Theo Bodin, asisten profesor di Institute of Environmental Medicine Karolinska Institutet, seperti dilansir Malay Mail, Jumat (8/9/2023).

Secara lebih rinci, para partisipan yang berada dalam situasi yang tidak menentu mengurangi risiko kematian dini sebesar 20 persen dengan beralih ke pekerjaan tetap, yang lebih terjamin. Pengurangan ini bahkan meningkat menjadi 30 persen bagi mereka yang memilih bertahan pada pekerjaan tetap selama 12 tahun.

Selain itu, para peneliti menunjukkan bahwa hasil ini valid terlepas dari apa yang mungkin terjadi dalam kehidupan kerja mereka selanjutnya. "Hasil penelitian ini penting karena menunjukkan bahwa tingkat kematian yang tinggi yang diamati pada pekerja dapat dihindari. Jika kita mengurangi kerentanan di pasar tenaga kerja, kita dapat menghindari kematian dini di Swedia," kata penulis pertama studi ini, Nuria Matilla-Santander.

Yang masih harus ditentukan adalah penyebab potensial dari kematian dini yang terkait dengan job insecurity, baik dalam hal kesenjangan sosial, dampak psikologis dari kesulitan finansial, berkurangnya akses ke pelayanan kesehatan, atau gaya hidup yang tidak sehat.

Menurut para peneliti, hal ini akan menjadi bahan penelitian di masa depan. Peneliti optimistis, dengan menggunakan basis data populasi yang besar, mereka dapat memperhitungkan banyak faktor yang dapat memengaruhi kematian, seperti usia, penyakit yang mungkin diderita oleh para pekerja, atau perubahan dalam hidup seperti perceraian. "Karena metode yang kami gunakan, kami dapat relatif yakin bahwa perbedaan dalam kematian disebabkan oleh kerentanan pekerjaan dan bukan karena faktor individu," kata Nuria Matilla-Santander.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement