REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- One Piece live-action Netflix telah memenangkan hati di kalangan para nakama (sebutan penggemar One Piece). Di puluhan negara saja, kini serial One Piece Netflix mencapai urutan pertama. Kesuksesan tersebut membuat banyak penggemar yang menantikan musim kedua.
Sebagai rumah produksi One Piece Netflix, Tomorrow Studios membagikan pembaruan terkini. CEO Marty Adelstein membahas masa depan One Piece dan dia mengakui bahwa pengerjaan musim kedua sudah tertunda. "Kami sudah menyiapkan naskahnya," kata Adelstein, dilansir ComicBook, Jumat (8/9/2023).
Dia juga ikut membahas ketika produser eksekutif Becky Clements mengatakan bahwa episode baru dapat ditayangkan dalam waktu satu tahun, bergantung pada pemogokan Screen Actors Guild dan American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) yang sedang berlangsung.
“Secara realistis mudah-mudahan, satu tahun lagi jika kita bergerak sangat cepat dan itu adalah suatu kemungkinan. Antara satu tahun hingga 18 bulan, kami mungkin siap untuk menyiarkan," ujarnya.
Tentu saja para nakama sangat senang mendengar informasi terbaru ini. Waralaba terkenal ini memiliki awal yang sederhana di bawah pencipta Eiichiro Oda pada tahun 1990-an dan telah menjadi fenomena nyata.
Dengan penjualan manganya yang melebihi raksasa seperti Batman, One Piece masih memukau pembaca, baik pembaca lama maupun baru hingga hari ini. Dalam beberapa tahun terakhir, Oda mulai mencari mitra untuk mengadaptasi One Piece untuk live-action dan orang-orang di Tomorrow Studios membagikan visinya.
Pembuat serial ini juga mengawasi setiap aspek adaptasi live-action Netflix dan banyak penggemar memuji masukannya dalam membantu kesuksesan acara tersebut. Dengan rating baru yang tersertifikasi, One Piece live-action membuktikan kesuksesannya kepada Netflix.
Akhir pekan pembukaannya menempatkan One Piece di puncak daftar streaming secara global dengan lebih dari 90 negara. Serial live-action ini bahkan mengalahkan rekor penayangan Stranger Things dan Wednesday dengan menduduki peringkat pertama di 86 negara.