Jumat 08 Sep 2023 08:21 WIB

Ini Isi Pidato Presiden Abbas yang Tuai Kontroversi Soal Holocaust dan Yahudi

Abbas sebut Hitler bunuh Yahudi karena peran sosial mereka, bukan karena agama

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menerima kecaman karena pidatonya mengenai Yahudi dan Holocaust.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menerima kecaman karena pidatonya mengenai Yahudi dan Holocaust.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menerima kecaman karena pidatonya mengenai Yahudi dan Holocaust. Abbas dituduh melakukan antisemitisme murni.

Dalam pidatonya, Abbas mengatakan, Adolf Hitler memerintahkan pembunuhan massal orang-orang Yahudi karena peran sosial mereka sebagai rentenir, bukan karena permusuhan terhadap Yudaisme.

Baca Juga

Hitler menggunakan orang-orang Yahudi sebagai kambing hitam atas penyakit di Jerman. Hitler juga menganggap mereka sebagai ras inferior yang harus dimusnahkan.

Presiden Abbas (87 tahun), sebelumnya telah dikecam oleh kelompok-kelompok Yahudi sebagai penyangkal Holocaust karena tesis doktoralnya tentang Nazi dan Zionisme. Namun selama bertahun-tahun, ia terus memberikan pidato yang menjelaskan pandangan-pandangannya yang ofensif.

Pidato Abbas di hadapan Dewan Revolusi Fatah disampaikan pada Agustus lalu dan disiarkan di televisi Palestina.  Pernyataan Abbas kemudian diterjemahkan dan dipublikasikan oleh Middle East Media Research Institute pada Rabu (6/9/2023).

"Mereka mengatakan bahwa Hitler membunuh orang-orang Yahudi karena mereka Yahudi, dan bahwa Eropa membenci orang-orang Yahudi karena mereka Yahudi. Tidak. Dijelaskan dengan jelas bahwa mereka memerangi Yahudi karena peran sosial mereka dan bukan agama mereka," kata Abbas, dilaporkan BBC News.

Belakangan, Abbas menjelaskan bahwa yang dia maksud adalah peran orang Yahudi yang melibatkan riba dan uang. Abbas juga menghidupkan kembali teori sejarah yang telah lama ditinggalkan bahwa Yahudi Ashkenazi Eropa bukanlah keturunan Israel kuno, melainkan keturunan dari abad ke-8 yang berpindah agama ke Yudaisme di antara suku Khazar, suku Turki yang nomaden.

“Kebenaran yang harus kita sebarkan ke dunia adalah bahwa Yahudi Eropa bukanlah orang Semit. Mereka tidak ada hubungannya dengan Semitisme. Adapun Yahudi Timur, mereka adalah orang Semit,” ujar Abbas, mengacu pada Yahudi Sephardic dari Timur Tengah.

Pada Mei, Abbas dikritik karena menyamakan Israel dengan Nazi Jerman dalam pidatonya di sebuah acara PBB.  Dia menuduh negaranya berbohong "seperti Goebbels", merujuk pada Joseph Goebbels, kepala propagandis partai Nazi.

Tahun lalu, ada kemarahan internasional setelah Abbas mengklaim Israel telah melakukan "50 pembantaian; 50 holocaust" dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin. Scholz kemudian mengatakan, dia muak dengan pernyataan Abbas tersebut. Sementara Israel dan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan yang tegas.

Abbas kemudian mengeluarkan klarifikasi di kantor berita resmi Palestina, Wafa.  Dia tidak secara eksplisit meminta maaf namun mengatakan bahwa Holocaust adalah kejahatan paling keji dalam sejarah manusia modern, dan komentarnya tidak dimaksudkan untuk menyangkal Holocaust.

Mantan presiden Donald Trump sebelumnya menimbulkan kehebohan internasional karena melontarkan pernyataan serupa pada 2018. Ketika itu Trump menggambarkannya sebagai pelajaran sejarah dalam pertemuan langka Dewan Nasional Palestina. Tujuannya adalah untuk memperdebatkan hubungan antara orang-orang Yahudi dan Israel modern.

Isi pidato terbaru Abbas dibagikan di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, oleh Kementerian Luar Negeri Israel. Pernyataan Abbas ini dikecam oleh Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan.

“Inilah wajah sebenarnya dari kepemimpinan Palestina. Sama seperti Abbas yang menyalahkan orang-orang Yahudi atas Holocaust, dia juga menyalahkan orang-orang Yahudi atas semua masalah di Timur Tengah," ujar Erdan.

“Dunia harus sadar dan meminta pertanggungjawaban Abbas dan Otoritas Palestina atas kebencian yang mereka keluarkan dan pertumpahan darah yang diakibatkannya. Tidak boleh ada toleransi terhadap hasutan dan teror Palestina," kata Erdan menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement