REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) Kamis (7/9/2023) berhasil meluncurkan dua misi ambisiusnya ke luar angkasa, yaitu, teleskop luar angkasa sinar-X dan pendarat bulan perintis.
Roket Mitsubishi Heavy Industries H-II A yang membawa Misi Pencitraan dan Spektroskopi Sinar-x (XRISM) dan Pendarat Cerdas untuk Investigasi Bulan (SLIM) Lepas landas dari Tanegashima Space Center pada 08.42 waktu setempat Kamis (7/9/2023). Peluncuran telah ditunda beberapa kali karena cuaca yang tidak mendukung.
Setelah lepas landas, dilansir laman Tech Explorist, Jumat (8/9/2023), roket H-IIA terbang sesuai rencana, dan dipastikan XRISM berhasil dipisahkan dari kendaraan peluncurannya sekitar 14 menit 9 detik setelah peluncuran. Sekitar 47 menit 33 detik setelah peluncuran, SLIM dipisahkan pada ketinggian orbit 550 km dengan kemiringan 31 derajat terhadap garis khatulistiwa.
Jika berhasil, SLIM akan berupaya melakukan pendaratan lunak di bulan pertama milik Jepang pada awal tahun depan. Hal ini akan menjadikan Jepang sebagai negara kelima di dunia yang berhasil mendarat di Bulan setelah Amerika Serikat (AS), Uni Soviet, Cina, dan India.
Peluncuran ini dilakukan dua pekan setelah India menjadi negara keempat yang berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasa di Bulan dengan misi Chandrayaan-3 ke kutub selatan Bulan yang terjal dan belum dijelajahi.
Pendarat bulan kecil ini hanya berukuran panjang 2,4 meter, lebar 1,7 meter, tinggi 2,7 meter, dan memiliki massa 200 kg dan 700 kg dengan propelan. Wahana ini bertujuan untuk mendarat lunak dalam jarak 100 meter dari lokasi targetnya di permukaan bulan.
Pendarat dilengkapi dengan pencari jarak laser, radar pendaratan, dan kamera navigasi untuk navigasi berbasis penglihatan guna membantu mengukur dan memperbaiki posisinya saat mendarat di Bulan. Sebagai lokasi yang cocok untuk pengamatan kamera spektroskopi dan untuk mendemonstrasikan teknologi pendaratan, JAXA telah memilih lokasi yang berdekatan dengan kawah SHIOLI dekat “Laut Nektar” sebagai lokasi pendaratan.
SLIM akan mengandalkan sistem propulsinya sendiri untuk melakukan penyesuaian sistem propulsinya sendiri untuk melakukan penyesuaian lintasan menuju Bulan. Inilah sebabnya mengapa pendarat mengadopsi desain lintasan yang meminimalkan konsumsi propelan. Namun, pendekatan ini berarti dibutuhkan waktu beberapa bulan bagi SLIM untuk mencapai Bulan.
Pendarat SLIM bertujuan untuk mencapai sistem penyelidikan berskala kecil dan ringan serta teknologi pendaratan yang tepat, selain berkontribusi terhadap penyelidikan bulan di masa depan.
Di sisi lain, XRISM merupakan proyek gabungan JAXA, NASA, Badan Antariksa Eropa (ESA). Seperti namanya, teleskop luar angkasa sinar-X XRISM akan melakukan pengamatan spektroskopi sinar-X resolusi tinggi terhadap angin plasma gas panas yang berhembus melalui galaksi-galaksi di alam semesta.
Pengamatan ini akan memungkinkan kita menentukan aliran massa dan energi, mengungkap komposisi dan evolusi benda-benda langit. XRISM diharapkan dapat menutup kesenjangan yang disebabkan oleh kehancuran misi Hitomi yang tidak terduga pada tahun 2016 karena kesalahan perangkat lunak hingga peluncuran misi ATHENA pada tahun 2035.