REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Untuk pertama kalinya dalam hampir empat tahun, staf baru diizinkan berada di kedutaan Rusia di ibu kota Korea Utara (Korut), Pyongyang pada Kamis (7/9/2023). Tindakan antipandemi memblokir sebagian besar perjalanan dan menyebabkan banyak kedutaan tutup.
“Pada tanggal 7 September di Bandara Internasional Pyongyang Sunan, untuk pertama kalinya sejak 2019, kami bertemu dengan kolega baru kami, 20 diplomat dan pegawai teknis yang tiba di Kedutaan secara bergilir,” kata Kedutaan Rusia dalam postingan Facebook.
Rusia akan menjadi kedutaan kedua yang diketahui mengizinkan staf baru, setelah duta besar baru Cina masuk pada Maret. Kedatangan staf baru Rusia ini terjadi di tengah isu pemimpin Korut Kim Jong-un akan segera mengunjungi Rusia untuk menemui Presiden Vladimir Putin.
Banyak kedutaan besar di Pyongyang tutup karena tidak dapat merotasi staf atau mengirimkan pasokan selama krisis Covid-19. Para diplomat Rusia termasuk di antara yang tetap tinggal di sana. Hanya saja mereka mengeluhkan kekurangan kebutuhan pokok seperti obat-obatan, masalah mendapatkan layanan kesehatan, dan pembatasan pandemi yang dinilai dalam tingkat keparahannya belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam salah satu waktu pada bulan 2021, sekelompok diplomat Rusia dan anggota keluarganya menggunakan troli kereta yang didorong dengan tangan untuk meninggalkan Korut. Ketika itu tindakan anti-virus korona yang dilakukan Pyongyang memblokir sebagian besar transportasi penumpang melintasi perbatasan.
Untuk pertama kalinya sejak sebelum pandemi, delegasi pemerintah Cina dan Rusia terbang ke Pyongyang pada Juli dan bus yang membawa atlet Korut ke turnamen taekwondo di Kazakhstan melintasi perbatasan menuju Cina. Pyongyang juga mulai mengizinkan warganya yang terjebak di luar negeri untuk kembali menggunakan penerbangan dan kereta api.