REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada masa khalifah Umar bin al-Khattab Radhiyallahu Anhu pernah terjadi masa paceklik atau disebut tahun arang selama hampir 10 bulan. Penyebutan tahun arang karena tanah menghitam akibat curah hujan yang minim.
Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Utsman bin Muhammad al-Khamis, keadaan itu berlangsung selama sembilan bulan. Lalu Khalifah Umar Radhiyallahu Anhu mengirim surat kepada Abu Musa al-Asyari Radhiyallahu Anhu, yang ketika itu berada di Bashrah, dan kepada Amr bin al-Ash Radhiyallahu Anhu, yang berisi: "Mohonlah hujan untuk umat Muhammad".
Maka orang-orang pun keluar untuk mengerjakan shalat Istisqa. Ketika itu, Umar keluar bersama dengan al-Abbas bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu, paman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, supaya dia berdoa untuk mereka agar diturunkan hujan. Al-Abbas lantas berdiri untuk berkhutbah dengan singkat, kemudian mengerjakan shalat.
Setelah itu, dia bersimpuh seraya berdoa, "Ya Allah, hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. Ya Allah, ampunilah kami, rahmatilah kami, dan ridhailah kami". Lalu al-Abbas pulang. Belum sempat orang-orang tiba di rumah-rumah masing-masing, halaman-halaman mereka telah digenangi air (Al Bidayah wan Nihayah).
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia menuturkan, Bahwa ketika terjadi kemarau panjang, Umar Radhiyallahu Anhu meminta al-Abbas bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu untuk berdoa agar hujan turun, seraya berkata, "Ya Allah, dahulu kami ber-tawassul kepada-Mu dengan Nabi kami (ketika beliau masih hidup), maka Engkau menurunkan hujan untuk kami. Sekarang, kami ber-tawassul kepada-Mu dengan (doa) paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan untuk kami". Anas menambahkan, "Maka, air hujan pun diturunkan kepada mereka". (sahih Bukhari)