REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Kondisi musim kemarau disebut berdampak terhadap air di Situ Gede, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Air situ surut karena suplainya berkurang.
Penjaga Pintu Air (PPA) Situ Gede, Popi Satia Triadi, menjelaskan, surutnya air Situ Gede sudah terjadi dua bulan terakhir. Pasalnya, sumber utama air di Situ Gede dari irigasi Cibanjaran sudah tak lagi mengalir.
Saat ini, air yang masih menggenangi Situ Gede disebut hanya berasal dari mata air. “Mungkin di Kabupaten Tasikmalaya juga sudah kering, jadi ke Kota Tasikmalaya tidak bisa suplai air. Sekarang hanya mengandalkan mata air yang ada,” kata Popi, Jumat (8/9/2023).
Menurut Popi, dari total luas Situ Gede sekitar 47 hektare, saat ini yang tergenang air kurang lebih 20 hektare. Kondisi tersebut berdampak terhadap penyaluran air dari Situ Gede ke wilayah Kota Tasikmalaya.
Dari lima pintu air yang tersedia untuk menyuplai air ke wilayah Kota Tasikmalaya, saat ini disebut hanya satu pintu yang masih beroperasi. Satu pintu itu masih beroperasi sejak satu bulan lalu.
Popi mengatakan, dilakukan upaya pengaturan agar suplai air melalui pintu tersebut bisa lebih lama bertahan, setidaknya sampai satu bulan ke depan.
“Itu pun untuk resapan air, tidak untuk pertanian. Air yang masih ada benar-benar dihemat hanya untuk resapan saja, supaya genangan air di Situ Gede bisa bertahan lama untuk keperluan warga sekitar,” ujar Popi.
Dalam kondisi normal, menurut Popi, air dari Situ Gede biasanya dapat mengairi sekitar 250 hektare lahan sawah di tiga kecamatan wilayah Kota Tasikmalaya. Adapun di musim kemarau ini yang teraliri hanya sekitar 60 hektare di Kecamatan Mangkubumi.
Untuk menambah pasokan air ke Situ Gede, Popi mengatakan, sudah diusulkan sumbernya dari Gunung Galunggung. “Namun, realisasi (usulan itu) belum ada,” ujar Popi.